Selasa, 19 November 2013

Dialog Rindu Antara “MAJNUN” Versus “AHLI IBADAH”. (Episod 1)

بسم الله الرحمن الرحيم


Seorang gila (selanjutnya disebut Majnun) secara kebetulan bertemu dengan seorang ahli ibadah (seterusnya disebut ‘Abid). Awalnya si ‘Abid tengah bermunajat kepada Robbnya ditengah kesunyian malam, dia menangis tersedu-sedan dengan bercucuran air mata hingga membasahi kedua pahanya, dalam munajatnya, dia tak henti-hentinya berdoa sembari mengadukan banyak hal kepada Tuhannya :

... “Ya Robbiy, Jangan Kau masukkan hamba ini ke neraka-Mu, jasihanilah hamba, rengkuhlah hamba dengan kelembutan-Mu, Ya Rahmaan Ya Rahiiem, Jangan Kau siksa diri hamba yang dhaif ini dalam neraka-Mu, sungguh hamba ini seorang yang lemah dan tak berdaya kalau harus menanggung panasnya api neraka, maka kaksihanilah hamba !!” ...

dan doanya lagi

... “Ya Robbiy,. tulang belulang hamba ini begitu kecil dan rapuh, tentu tak kuat bila harus menyentuh neraka-Mu, maka kasihanilah hamba !!” ...

tiba-tiba datang si Majnun seraya tertawa terbahak-bahak dengan suaranya yang cetar membahana, lalu si `Abid yang tengah asyiknya bermunajat itu akhirnya menoleh ke arah si Majnun dan menegurnya : 
Apa yang anda ketawakan wahai Majnun ?!” tegur si `Abid, lalu tegurnya lagi “Ketawamu sepertinya mengarah ke aku, gerangan apakah yyang membuat anda ketawa ?!”.

Majnun berkata : “Karena ulahmu, saya tertawa, kau menangis sebab kau takut pada neraka

`Abid : “Emang !!,, Anda sendiri, apa tak takut neraka ?!

Majnun : “Tidak !!,. Saya tak takut neraka

Lalu si `Abid tertawa lepas seraya berkata : “Ha ha ha ,. dasar anda ini benar benar gila !!”.

Majnun : “Bagaimana bisa kau takut neraka, wahai`Abid ?!, padahal kau punyai Tuhan yang Pengasih, yang mengasihi semesta alam dan meliputi segala-galanya ?!

`Abid : “Sungguh, hamba ini pendosa dan banyak dosa, kalau sekiranya Allah mengambil hamba dengan keadilan-Nya, niscaya hamba ini terjerumus ke neraka-Nya, dan hamba menangis untuk agar supaya Tuhan mengasihi hamba, mengampuni dosa-dosa hamba, tidak menghisab hamba dengan keadilan-Nya, tettapi dengan anugerah dan kelembutan-Nya, dengan kaksih dan sayang-Nya, hingga hamba tak lagi benar-benar dimasukkan ke dalam neraka-Nya” … demikian kilah si `Abid kepada si Majnun

Mendengar ulasan panjang lebar dari si `Abid, sekonyong-konyong si Majnun tertawa terbahak-bahak dengan suaranya yang cetar membahana bahkan lebih tinggi dari sebelumnya

Si `Abid terdiam seraya termenung, dan berkata : “Gerangan apa lagi yang membuat anda tertawa wahai Majnunn ?! ”.

Mjanun : “Wahai `Abid, anda punyai Tuhan yang maha Adil, maka janganlah anda meminta dan khawatirkan keadilan-Nya” ... “Anda punyai Tuhan yang maha Pengampun, Tuhan yang maha menerima segala pertaubatan, sedang anda masih saja khawatirkan neraka-Nya

`Abid : “Tidakkah engkau takut pada Allah, wahai Majnuun ?!

Majnun : “Ya, Saya takut pada Allah, tetapi ketakutanku ini bukan pada neraka-Nya

Si `Abid semakin takjub saja dan terheran-heran, seraya berkata : “Manakala engkau tak takut pada neraka-Nya, lalu terhadap apa rasa takutmu kau salurkan ?!”.

Majnun : “Adapun saya, sesungguhnya yang saya takutkan adalah bila nanti saya harus bertemu dan menghadap Tuhanku, dan ternyata Dia menanyaiku ; “KENAPA ENGKAU MASIH SAJA MENDURHAKAI AKU, WAHAI HAMBA-KU ?!”, INI YANG SAYA TAKUTKAN, PADAHAL, DENGAN APA SAYA HARUS MENJAWAB ?!” …  dengan kekehnya si Majnun membela diri

Jika saya ini ahli neraka, maka saya berharap pada Tuhan untuk langsung memasukkan saya ke neraka tanpa harus ditanyai terlebih dahulu olehNya, bagi saya, siksa neraka jauh lebih ringan ketimbang saya harus menerima pertanyaan-pertanyaan tersebut yang terlontar dari Tuhan kepadaku.

Sedangkan saya saat itu pastinya tak ada kuasa untuk bisa menatapNya dangan kasat mata yang penuh pengkhianatan (atasNya) ini, sementara, apa harus, saya menjawabNya dengan penuh kedustaan sedangkan pastinya Dia lebih tahu akan perihalku ?

BILAKAH NANTI, HAL ITU MENGHARUSKAN SAYA HINGGA MASUK NERAKA, ASAL DENGAN RIDHO KEKASIHKU, BIARLAH, AKU TERIMA, ITU TAK APA BAGIKU ,..

… bersambung …

Tidak ada komentar:

Posting Komentar