Rabu, 29 Juli 2015

Turut Ramaikan ISLAM NUSANTARA : Diskusi ringan dgn teman facebook, meski dgn perspektif asal, sing penting bli kesasar (tersesat jalan)


Bismillahi ar-Rahmaan ar-Rahiiem

Untuk supaya tidak di salah-pahami tentang istilah ISLAM NUSANTARA, coba simak dan renungkan tabyin syair berikut :

فمَن به جَاء اسلامْ نوسانتارا :: تِسعةُ أولِياءِ اللهِ في جَوَى

ومَـن يُرافِـــضُـه لا يُـعلَم في :: بابِ إضـافةٍ لــذاك فاعرِفِ

لأنّه الإســـلامُ في نوسانتارا ::  نويّةً فِي ليـس مِنْ او لامًا


(Tahukah anda) siapa pembawa ISLAM NUSANTARA ? ::
merekalah wali songo di Jawa.

Barang siapa yang menolak ISLAM NUSANTARA ::
dia belum mengerti susunan idhafah (idiom), maka ketahuilah

Islam Nusantara itu (artinya) ISLAM di NUSANTARA ::
menyimpan makna FI (di) bukan MIN (dari) atau LI (pada)

Sumber : nu.or.id


Toni Jaa : Waaahhh ... islamku darimana ya, aku asli tapanuli

Agus Ubaidillah : Nusantara itu dari sabang sampai merauke, Betul. Islam nusantara adalah islam yang ramah bukan islam yang marah..islam yang humanism

Toni Jaa : Ya karena itu mas ... wali songo kan gak ke Tapanuli ... cuma di jawa.

Agus Ubaidilla : Wali sumatera juga ada 9 bang Toni Jaa ... sebagaimana Syekh Abdul Wahhab Rokan, Syekh Abdul Rouf asy-Syingkili, Syekh Abdush-Shomad al Palembangi, Syekh Hasan al Fansuri ,. Lanjutkan sendiri .. hehe..


Saya : sekedar pelurusan sejarah, perlu anda maklum, kata/istilah JAWA kalau kita mengacu kepada fakta sejarah dulu (historis), itu bermakna tidak saja pulau Jawa ansich, juga Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dll , yang tersebar di seantero Nusantara. silahkan baca "Atlantic" by Aristotels. Lebih-lebih jika baca ulasan panjang / kajian kritis Prof Arrysio Santos (Ilmuan Barasil) tentang kepulauan nusantara, Indonesia, dalam salah satu buku monumentalnya "Atlantis the Lost Continent Finally Found" terbit tahun 2006, akan kita dapati di sana, bahwa betapa dulu, pulau yang sekarang kita sebut Jawa, Sumatra, Kalimantan dan Sulawesi adalah satu kesatuan pulau yang utuh. Buku ini berdasarkan research (penelitian mendalam) selama kurang lebih tiga  puluh tahun.

Jadi, kalau kita dapati istilah "Wali Songo" di "Jawa", itu bukan berarti semata-mata menunjuk kepada pulau Jawa, juga pulau-pulau lain di Nusantara., itu sebab, saya juga setuju dengan Om Agus Ubaidillah bahwa di Sumatra juga (kebetulan) ada 9 wali dengan perinciannya sebagaimana dimaksud, juga tak menafikan para wali di pulau-pulau lain di Nusantara ini ,. Imam Ibnu Atsir, pakar sejarah Islam kenamaan penjelajah negri-negri muslim pernah menyebut "TANAH JAWA" dalam sala satu kitabnya "at-Tariikh al-Kamil" (17 jilid), itu beliau maksudkan untuk merujuk kepada kepulauan yang terbentang luas se-Nusantara ini, termasuk Sumatra, Kalimantan, Jawa, dst

dan untuk istilah "Nusantara", maka sejatinya ini pun tidak semata-mata untuk negri Indonesia saja, tetapi cakupannya lebih luas lagi untuk sebutan negri-negri muslim di Asean, melibatkan Malaysia, Singapur, Thailan, dan Brunai, ini kalau kita mengacu kepada kerajaan Srivijaya (Palembang Sumatra) dengan raja "Brah-Wijaya"nya yang kebetulan mempunyai mahapatih Gajah Mada yang sangat tangguh dengan "sumpah PALAPA"nya yang sebegitu populer tsb hingga hari ini, kerajaan ini cakupan kekuasaan dan luas teritorialnya hingga ke Philipina utara hingga mencakup sebagian kecil kepulauan di Jepang, disamping juga negara-negara Asean lainnya seperti yang kita saksikan hari ini, atau sederhananya bahwa "Nusantara" ini bisa dipahami sebagai laiknya negri-negri persmakmuran dan negri-negri serumpun berakar budaya melayu.

wAllahu A'lamu.

Soepangat Moenadjat : Kalau menurut saya tdk perlu ada sebutan islam nusantara...islam arab...dan sebutan lain yg sifatnya justru mengkotak-kotakkan islam dlm beragam paham ... Islam ya islam saja ... yang memiliki siffat kaffah dengan misinya yang rahmatan lil'alamin ... Tentang implementasinya yang luwes memperhatikan kearifan local ... itu bisa saja agar islam membumi atau meliputi masyarakat dimana islam itu diterima.

Saya : terima kasih semuanya (Om Yai Soepangat Moenadjat dan Om Agus Ubaidillah dan yg lain juga) atas ulasan, tafsiran serta sharing panjang lebarnya, meski pegel mocone (capek , hehe) tapi sarat wawasan dan ngelmu,. Sejatinya, saya setuju akan semua persepsi yang dikembangkan masing-masing yang meski pun saya sendiri tetep kekeh dengan "Islam Nusantara" yang diwanti-wanti poro Kiyai sepuh di Indonesia sebagai corak Islam dengan warna Ke-Indonesiaan dengan tradisi dan adat istiadat yeng sebgitu kaya dan beragamnya.

bagi saya, "Islam Nusantara" hanya murapakan identitas dan cara pandang praktik keber-Islaman kita yang kebetulan terlahir dan tumbuh kembang di Indonesia, Islam nusantara bukan aliran/madzhab baru, apalagi di sebut agama, bukan sama sekali, saya orang Indonesia, maka tak elok jika praktik keislaman yang saya kembangkan/terapkan di sini (Indonesia) mengikuti ala Islam Amerika misalnya, ala Arab, Eropa dll,. meski Islam itu sama, satu (yang meminjam istilah Om Soepangat) -mustinya tiada ada pengkotak-kotakkan/pemisahan satu sama lain-, namun faktanya memang pemahaman Islam itu beragam, fakta ini tak bisa kita nafikan begitu saja, Islam tak sebatas satu, sebagaimana Islam kita pahami secara demografis misalnya, dll, faktanya Islam telah dan akan menyebar luas dan senantiasa berkembang di muka bumi ini, itu sebab, ada praktik-praktik Islam ala "Islamku” (ini sebagai contoh saja lho Om dari sekian banyak analogi yang ada), yang boleh jadi, praktik “Islamku” berbeda sama sekali dengan perilaku/praktik “Islam anda” yang di Amrik misalnya, Eropa atau bahkan Arab (yang bernota bene sebagai sumber lahirnya Islam itu sendiri), semua itu pada akhirnya bisa terkemas apik dengan "ISALAM KITA" yang sekali lagi meminjam istilah Om Yai Soepangat Moenadjat “Islam ya Islam, mustinya tidak dipisah-pisah dan terkotak-kotakkan”, itu mengapa Islam yang di Indonesia ada perlu merasa tampilkan corak dan identitas sendiri dari praktik keberIslaman yang lain di dunia yang dengan beragam paham, perspektif, tafsir, pola pikir, latar belakang dan lain sebagainya itu.

hahstag ini, sebenarnya bukan untuk diperdebatkan, monggo sharing saja, lengkapi pemikiran dan pandangan, saling isi dan kembangkan wawasan. istilah GusDur : "IslamKu, Islam Anda dan Islam Kita" , ini fakta real,. mariii Om Yai !!.

I love Nusantara, I love Indonesia, I love Islam,. We Love "Islam Nusantara" ,. hehe.

<<>> 

Toni Jaa : Kalau aku menafsirkan islam nusantara itu, islam millik nusantara

Saya : iya, boleh saja begitu mas Toni Jaa, namun pemaknaan seperti yang mas maksudkan itu, yakni “Islam milik nusantara”, justru ini kedengarannya lebih spesifik dan ekslusive, jangkauannya menjadi sempit dan tidak luas, padahal Islam itu milik bersama yang bertumpu kepada ajaran rahmatan lil 'Alamiien, tidak saja milik Nusantara, namun bagi bangsa-bangsa lain di dunia bahkan untuk semesta alam. Maka, yang lebih elegan dan benar, jika pemaknaan Islam nusantara ini harus kita kembalikan sebagaimana tersurat dalam maksud hestag diatas, ialah didalamnya dengan menyimpan makna FI (di) untuk sebagai tautan/tatanan idhafah "Islam Nusantara" = Islam di Nusantara., bukan makna MIN (dari), atau LI (milik).



لأنّه الإسـلامُ في نوسانتارا :: نويّةً فِي ليس مِنْ او لامًا


Islam Nusantara itu (artinya) ISLAM di NUSANTARA :: menyimpan makna FI (di) bukan MIN (dari) atau LI (milik)

<<>> 

Soepangat Moenadjat : Cak Fabaak saya tdk mempersoalkan esensi islam nusantara ... dan itu justru jawaban bagi orang indonesia dlm menggunakan identitas keindonesiaan dlm mengimplementasi islam dlm masyarakat yg majemuk ... it`s oke..


Yg saya masalahkan adalah jika islam dipahami dalam dimensinya yg terkotak-kotak ... itu sebab ... Cak Nurkholis Majid (alm) bilang islam yes partay islam no ... itu maknanya kan agar islam tdk terkotak-kotak.

Itu bukan berarti orang islam tdk boleh berpartai atau berkelompok-kelompok berorganisasi meraih kekuasaan/urusan duniawi...tpi islam itu menjadi ruh bagi umatnya dlm berperilaku..dimana saja kapan saja.

Ruh islam yg rahmatan lil alamin itu orang berada dimana dan kapan saja semangatnya rahmatan dan akhlaqul karimah. Tidak terbalik, islam jadi identitas partai/ormas agama..tapi manusianya jauh dari ruh islami.

Nah tentang semangat melawan kebatilan dan membela yg haq itu wajib...apakah yg berpaham syariat atau hakikat, bodoh atau ma'rifat kewajibanya sama.

Nah metoda dan caranya bisa beda..tujuannya sama.

Sebab sering yg batil itu juga pakai jubah agama...dan orang yg haq itu juga bisa saja di luar agama.

Maka kalau Gus Dur bikin partai tdk mengatasnamakan agama dan membela orang di luar agamanya, itu kan bentuk dari proporsionalitas dlm beragama, berrpolitik, dan berkeyakinan..itu patut diapresiasi meski ada yg berpikir lain.

Sebaliknya bekoar-koar menggunakan simbul islam, keturunan rasul, mengaku seorang sufi, atas nama Allah/tuhan...tapi perilakunya jauh dari akhlak islam nan rahmat..kan juga ada..

Jadi secara esensi saya tiada mempersoalkan kulit/kemasan...

Tapi saya menyampaikan bhw pesan/ruh/semangat islam yg tiada terkotak-kotak itu yg musti menjadi basis spiritual orang-orang yg menggunakan islam sebagai identitas spiritnya.

Itu saja...justru maksud saya itu kalau dlm bahasa jawa, 'NGGUTUK LOR KENA KIDUL'....tembak utara kena selatan...

Tuh kok ditangkapnya, saya nembakin orang utara...kaya'nya gitu Yai Agu Agus Ubaidillah..terimanya.

Maka membaca pandangan saya itu tidak bisa diterima dgn tanpa menangkap maksudnya...

Semata agar kita proporsional/adil dalam bersikap dlm melihat sesuatu.

Saya berpikir prporsional saja sering dianggap anti sini..membela yg sana...sebaliknya yg sini tidak merasa dibela, wajar saja.

Yaa karena saya tak ada anti dan bela-belaan...tapi mencoba menempatkan pd tempatnya..
Tentang itu salah-benar..baik-buruk biar saja orang mau punya tafsirnya masing-masing...sebab tafsir itu hak personal..seperti saya sbgai pribadi juga punya tafsir yg benar/baik menurut saya.

Begitui...
Salaam..smile emotikon
,,,,

Saya : njih Om Yai Soepangat Moenadjat,. kulo menangkap esensi yg Om kembangkan itu, ini juga makanya, kulo bikin hestag ini dengan statment awal "Untuk supaya tidak disalah-pahami tentang istilah Islam Nusantara" sebagaimana tertulis pd stts, itu saya maksudkan untuk bayan bagi temen2 yg kbetulan balum paham betul tentang istilah itu dan belum menangkap esensinya, dan faktanya memang banyak sekali lho Om -yg blm tau dan keliru dalam menangkap pesan dan esensinya- atau bahkan pura2 tdk tau dan tak mau tau., hehe
….

Soepangat Moenadjat : Sebenarnya wali di jawa/indonesia tidak hanya sembilan..tdk terhitung...hanya tidak muncul/dimunculkan sbg wali yg populer....para sufi sering tdk mau muncul dan disebut sebagai wali ataupun sufi.

 

Saya : njih Om Soepangat Moenadjat, "Wali Songo" itu hanya istilah untuk kelembagaan Islam yang berkembang saat itu yang keanggotaannya tidak kebetulan oleh para Ulama multi talent masa itu yang jumlah keanggotaannya pun tidak dibatasi oleh sembilan Ulama, lalu mengapa dikemudian hari istilahnya menjadi “Wali songo” (Sembilan wali), dilihat dari masa pengembangannya, ini terbentang dari abad 14 - 16 M, dengan berganti-ganti anggota didalamnya, maka kemudian "Wali Songo" dikenal peridode I, II, hingga periode VIII, kalau tak salah, Syekh Syarief Hidayatullah atau yang lebih populer dengan gelaran Sunan Gunung Djati yang bertahta di Cirebon (daerah asalku) baru ada diperiode II atau III setelah majlis wali ini didirikan dalam periode pertama oleh Syekh Malik Ibrahim Gresik yang merupakan ayahanda Sunan Ampel di Surabaya, maka semestinyalah "Wali Songo" itu, personalianya tidak terbatas pada sembilan orang ulama pada hakikatnya.

apalagi , istilah WALI, tak usah lantas kita pahami sebagai WALI (yang dalam tanda kutip) AULIA,ILLAH yang sebegitu abstrak dan luas pemaknaannya, yang takkan bisa tau WALI kecuali WALI dan ALLAH ., WALI dalam perspektif ini sekedar istilah untuk sebagai wali majlis, atau meminjam term fiqh semacam "Ahlul Halli wal-'Aqdi", yakni suatu majlis yang dianggotai para Ulama yang diserahi tanggung-jawab besar berkenaan dengan urusan ummat secara luas terkait tumbuh kembangnya umat islam di Nusantara.

Majlis "Ahlul Halli 'Aqdi wal-'Aqdi" ini yang alamdulillah sekarang akan diuji-cobakan/diterapkan dalam ormas Islam terbesar di negri ini, yaitu NU, dalam pada ketika menunjuk Rais 'Aam (Suryah) di muktamar mendatang di Jombang Jatim 1 - 5 Agustus,. Mudah-mudahan sukses., suatu system yang mengacu kepada majlis asy-Syura dengan mengejawantahkan musyawarah mufakat dari pada ulama/para Kyai khos seNusantara atau boleh dibilang sebagai representatif para Kiyai 'Alim 'Allamah, se/di Indonesia yang berjumlah sembilan.

wAlla A'lamu

kulo, undur diri dulu Om ,. marii

<<>>

Tidak ada komentar:

Posting Komentar