Selasa, 21 Juli 2015

Kisah Imam Syafi’ie versus Putrinya Imam Ahmad RA


Bismillqahir-Rahmaanir-Rahiiem

Alkisah, suatu hari Imam Syafi’ie datang berkunjung ke rumah Imam Ahmad ibn Hanbal, dan Imam Ahmad memiliki seorang putri cantik lagi shalihah, dia bangun hampir disetiap malamnya untuk qiyamullail, siangnya berpuasa, dia juga senang akan mendengarkan kisah-kisah teladan (autobiographi) tentang orang-orang shalih dulu, sehingga saat ketika mendengar bahwa Imam Safi’ie -yang sebegitu besar penghormatan ayahnya terhadap sang Imam- akan berkunjung ke rumah ayahnya, betapa senang dia mendengar itu.

Maka tatkala hari yang ditunggu-tunggunya benar-benar datang, dan benar saja sampailah sang Imam di rumah ayahnya, dia pun senang menyambutnya dengan berharap besar bahwa dia akan mengetahui banyak hal tentang seluk-beluk sang Imam, tentang apa yang akan diperbuatnya dan dapat mendengar maqalahnya langsung dari sang Imam. Kemudian setelah sang Imam menyantap habis makanan yang dihidangkan, lalu malam itu Imam Ahmad beranjak pergi untuk shalat dan berdzikir, sedang sang Imam justru merebahkan badannya dipembaringan setelah memasuki suatu kamar yang sebelumnya telah dipersiapkan untuk peristirahatan sang Imam, maka dari sejak itu mulailah sang putri memata-matai dan mencermati apa yang bakal diperbuat sang Imam hingga fajar nanti.

Setelah fajar tiba, dia pun memberanikan diri matur kepada ayahnya “Wahai ayahanda !!, diakah Syafi’ie yang kerap ayah ceritakan padaku itu ?”. “Ya, benar” jawab sang ayah, “dialah yang kerap ayah ceritakan itu wahai putriku !!”. Sang putrid berkata lagi : “Aku dengar ayah begitu mengagungkan dan menghormati beliau, padahal aku tak melihat sesuatu pun yang mengagumkan terjadi sepanjang malam tadi, aku lihat dia tak shalat malam seperti aku melihat ayah, dia tak berdzikir, tidak juga berwirid sepanjang malam, dan setelah aku cermati ada tiga point besar sebagai kelemahan yang ada dalam dirinya”.

Imam Ahmad sedikit terhentak setelah mendengar penuturan putrinya seraya balik bertanya : “Apa sajakah tiga hal itu, wahai putriku ?”. Lalu sang Putri mulai menjelaskan : “Pertama, setiba di rumah ini dia langsung menyantap makanan begitu banyak berbanding terbalik dengan yang aku dengar tentangnya, kedua, saat dia masuk kamar, dia tak langsung shalat dan tak pernah shalat sepanjang malam, ketiga, dan saat memasuki fajar, dia langsung lakukan shalat bersama kita tanpa berwudu sebelumnya”.

Tatkala fajar menyingsing, hari pun beranjak siang, kedua orang besar itu duduk bersama untuk berbincang-bincang, lalu kepada tamunya, Imam Ahmad memberanikan diri untuk menjelaskan tentang apa yang dilihat oleh putrinya tersebut semalaman tentang anda.

Berkata Imam Syafi’ie RA : “Wahai Abu Muhammad (nama populer Imam Ahmad) !!, sesungguhnya aku menyantap hidanganmu dengan lahapnya setiba aku dirumahmu, karena aku tahu persis bahwa makananmu itu halal, sesungguhnya engkau orang mulia, dan makanan orang mulia itu menyembuhkan (berlaku sebagai obat), sedang makanan orang bakhil adalah penyakit, dan aku tak pernah makan oleh sebab aku lapar, hanyasannya untuk berobat. Kedua, sedangkan kenapa aku tak beranjak untuk qiyamul-lail (malam tadi), karena pada saat aku beranjak untuk rebahkan tubuhku dipembaringan, mendadak saat itu seolah-olah didepan mataku itu ada terbentang al-Quran dan al-Hadits, dengan begitu kemudian Allah membukakan alam fikirku dan alhamulillah aku telah dapat merampungkan masalah sebanyak dua ratus tujuh puluh (270) masail fiqh, kemudian aku menyusunnya secara sistematis untuk kemaslahatan ummat, dan keadaan sebegitu hebat itu terjadi disepanjang malam tadi. Ketiga, mengapa aku tak berwudu saat mana aku turut mendirikan shalat fajar bersama kalian, demi Allah, mataku tak terpejam sedikitpun disepanjang malam hingga tak merasa perlu aku berwudhu untuk shalat”. Demikian kejelasan Imam Syafi’ie kepada Imam Ahmad, setelah itu sang Imam permisi untuk bertandang pergi meninggalkan Imam Ahmad dan putrinya.

Berkata Imam Ahmad kepada putrinya : “Begitulah aktivitas sang Imam disepanjang malam meski (kelihatannya) dia tertidur (terlentang), namun jelaslah halnya masih lebih baik ketimbang aktivitasku yang padahal aku shalat sepanjang malam

Diceritakan dari Imam Ahmad, ianya berkata : “Tak pernah aku dirikan shalat sejak (usiaku) beranjak empat puluh (40) tahun kecuali setelahnya aku sertakan doa untuk kebaikan Syafi’ie”. Abdullah ibn Ahmad (putra Imam Ahmad) berkata : “Wahai ayahanda !!, Seseorang yang bagaimakah Syafi’ie itu hingga engkau mau berdoa untuk kebaikannya selama itu

Berkata Imam Ahmad : “Wahai anakku !!, Syafi’ie itu ibarat mentari bagi dunia ini dan penawar bagi manusia, coba renungkan wahai anakku, adakah yang bisa mengganti posisi keduanya ?. Begitulah peranan para ulama shalih, mereka laiknya mentari bagi dunia ini dan penawar bagi halayak manusia, -dan posisinya itu- tak seorang pun dapat menggantikan (kedudukan)nya” … Sesungguhnya Allah swt menarik keburukan oleh sebab mereka, menurunkan keluasan dan kasih sayang oleh sebab mereka, meratakan berkah dan menyebar kasih sayang juga oleh sebab mereka”

Berkata Abd Malik ibn Abd Hamid al-Maemuni : “Ketika aku bersama Ahmad ibn Hanbal, lalu mengalirlah (bincang-bincang kami) hingga sang Imam karap kali menyebut nama Syafi’ie, aku melihatnya sebagai seorang yang amat mengagumi Syafi’ie, seraya berkata : Ada dijelaskan dari Nabi SAW bahwa “Sesungguhnya Allah Azza waJalla mengutus seseorang untuk ummat ini setiap kali masa seratus (100) tahun sekali untuk (dalam rangka) menegakkan/meluruskan agama mereka. Maka, adalah ‘Umar bin Abd Aziiez termasuk (seseorang) dari padanya, dan aku berharap, Sayafi’ie adalah orang berikutnya” ”

<<>> 

قصة الإمام الشافعى وإبنة أحمد بن حنبل.
زار الإمام الشافعي رحمه الله تعالى الإمام أحمد بن حنبل ذات يوم في داره ، وكانت للإمام أحمد ابنة صالحة تقوم الليل وتصوم النهار وتحب أخبار الصالحين والأخيار ، وتود أن ترى الشافعي لتعظيم أبيها له ، فلما زارهم الشافعي فرحت البنت بذلك ، طمعاً أن ترى أفعاله وتسمع مقاله . وبعدما تناول طعام العشاء قام الإمام أحمد إلى صلاته وذكره ، والإمام الشافعي مستلقٍ على ظهره ، والبنت ترقبه إلى الفجر ، وفي الصباح قالت بنت الإمام أحمد لأبيها :
يا أبتاه ... أهذا هو الشافعي الذي كنت تحدثني عنه ؟

قال : نعم يا ابنتي .
فقالت : سمعتك تعظم الشافعي وما رأيت له هذه الليلة .. لا صلاة ولا ذكراٍ ولا ورداً
؟
وقد لا حظت عليه ثلاثة أمور عجيبة ، قال : وما هي يا بنية ؟
قالت : أنه عندما قدمنا له الطعام أكل كثيراً على خلاف ما سمعته عنه ، وعندما دخل الغرفة لم يقم ليصلي قيام الليل ، وعندما صلى بنا الفجر صلى من غير أن يتوضأ .
فلما طلع النهار وجلسا للحديث ذكر الإمام أحمد لضيفه الإمام الشافعي ما لاحظته ابنته ،
فقال الإمام الشافعي رحمه الله :
يا أبا محمد لقد أكلت كثيراً لأنني أعلم أن طعامك من حلال ، وأنك كريم وطعام الكريم دواء ، وطعام البخيل داء ، وما أكلت لأشبع وإنما لأتداوى بطعامك ، وأما أنني لم أقم الليل فلأنني عندما وضعت رأسي لأنام نظرت كأن أمامي الكتاب والسنة ففتح الله عليّ باثنتين وسبعين مسألة من علوم الفقه رتبتها في منافع المسلمين ، فحال التفكير بها بيني وبين قيام الليل ، وأما أنني صليت بكم الفجر بغير وضوء ، فوالله ما نامت عيني حتى أجدد الوضوء . لقد بقيت طوال الليل يقظاناً ، فصليت بكم الفجر بوضوء العشاء . ثم ودّعه ومضى .
فقال الإمام أحمد لابنته : هذا الذي عمله الشافعي الليلة وهو نائم ( أي مستلقٍ ) أفضل مما عملته وأنا قائم .
ويروى عن الإمام أحمد أنه قال :
ما صليت صلاة منذ أربعين سنة إلا وأنا أدعو للشافعي ، وقال ابنه : يا أبتِ أيُّ رجلٍ كان الشافعي حتى تدعو له كل هذا الدعاء ؟
قال : يا بني كان الشافعي كالشمس للدنيا والعافية للناس ، فانظر يا بني هل من هذين خلف؟ هكذا كان العلماء الصالحون كالشمس للدنيا والعافية للناس وليس منهما خلف ... فإن الله يدفع بهم البلاء ويُنزل الرخاء ، وتعمّ البركة وتُنشر الرحمة .
وقال عبد الملك بن عبد الحميد الميموني :
كنت عند أحمد بن حنبل وجرى ذكر الشافعي ، فرأيت أحمد يعظمه ، فقال :
ذُكر عن النبي صلى الله عليه وسلم : " أن الله عز وجل يبعث لهذه الأمة على رأس كل مائة سنة رجلاً يقيم لها أمر دينها " فكان عمر بن عبد العزيز على رأس المائة ، وأرجو أن يكون الشافعي على رأس المائة الأخرى .
-----------------------------------

Tidak ada komentar:

Posting Komentar