Bismillaahir-Rahmaanir-Rahiiem
Adapun memilih guru, hendaknya (para pelajar) memilihnya yang paling 'alim (seorang yang paling berilmu luas), paling wara' (seorang yang paling bisa menjaga diri dengan kemuliaan ilmu yang dimilikinya), dan paling nyunnah (seorang yang perilakunya paling sesuai dan paling dekat dengan kebenaran perilaku Nabi SAW) sebagaimana Imam Abu Hanifah rahimahullahu 'alayh tatkala memilih seorang guru, Hammad ibn Sulaiman setelah melalui pemikiran dan perenungan yang matang dan mendalam, Imam Abu Hanifah berkata : "Aku memilihnya sebagai guru karena aku telah mendapatinya sebagai yang telah berusia sepuh, di saminng juga berwibawa, yang asih, yang banyak bersabar dalam segala halnya".
Seorang pelajar, setiap saat sebaiknya memilih ilmu pengetahuan yang baik dan atau yang bernilai kebaikan bagi
dirinya juga ilmu-ilmu yang memang sangat dibutuhkan bagi dirinya tentang
ajaran agama misalnya, kemudian sampailah ilmu
apa saja yang ia butuhkan menyangkut urusan dunia.
Ilmu-ilmu yang masuk dalam
skala prioritas untuk segera dipelajari adalah ilmu tauhid ("disiplin
ilmu untuk mengenali Tuhan dan mengesakanNya" red) suatu ilmu
pengetahuan untuk ma'rifah kepada Allah SWT dengan berbagai bukti (dalil)
jika memang keimanan kita masih di level muqallid (bukan mujtahid). Demikian
pendangan yang berkembang dikalangan madzhab kita, meski dalam madzhab ini keimanan
seorang muqallid masih dianggap benar (sahih), namun pelakunya dianggap berdosa
oleh sebab tidak berusaha (mengabaikan) untuk berusaha mencari-cari bukti
(dalil).
Seorang pelajar, hendaknya pula
memilih ilmi-ilmu yang kuna, bukan yang baru lahir. Banyak ulama menekankan : “Tekunilah
ilmu kuna, bukan yang baru saja ada.” Awas, jangan sampai terkena pengaruh perdebatan
yang tumbuh subur setelah habisnya ualama besar, sebab hal itu berimplikasi akan
menjauhkan pelajar dari mengenali fiqh, hanya menghabiskan usia dengan tanpa
guna, menumbuhkan sikap anti-pati/buas dan gemar bermusuhan. Dan hal itulah
termasuk tanda-tanda kiamat akan tiba serta lenyapnya fiqih dan pengetahuan-pengetahuan
lain, demikianlah menurut uraian hadits.
Adapun memilih guru, hendaknya (para pelajar) memilihnya yang paling 'alim (seorang yang paling berilmu luas), paling wara' (seorang yang paling bisa menjaga diri dengan kemuliaan ilmu yang dimilikinya), dan paling nyunnah (seorang yang perilakunya paling sesuai dan paling dekat dengan kebenaran perilaku Nabi SAW) sebagaimana Imam Abu Hanifah rahimahullahu 'alayh tatkala memilih seorang guru, Hammad ibn Sulaiman setelah melalui pemikiran dan perenungan yang matang dan mendalam, Imam Abu Hanifah berkata : "Aku memilihnya sebagai guru karena aku telah mendapatinya sebagai yang telah berusia sepuh, di saminng juga berwibawa, yang asih, yang banyak bersabar dalam segala halnya".
Imam Abu Hanifah juga berkata :
"Dan akhirnya menetaplah dirinya (sang Imam) di sisi Hammad ibn
Sulaiman sebagai muridnya hingga sang Imam tumbuh besar dan berkembang di sana".
Imam Abu Hanifah berkata :
"Pernah aku mendengar seorang hakim -dari para hukama negeri Samarqand-,
berkata : (Sesungguhnya ada seorang pelajar memintaku nasihat dalam pada
mencari 'ilmu) dan nampaknya dia telah bermantap hati untuk segera pergi ke Bukhara dalam rangka
menuntut ilmu".
Dan begitulah seterusnya,
sebaiknya seorang pelajar harus senantiasa meminta nasihat-nasihat baik pada
yang lain dan meminta pertimbangannya ("masukan yang bijak"
red) untuk segala urusan. Sesungguhnya Allah SWT menyeru NabiNya, Muhammad SAW
untuk selalu menjaga sikap musyawarah ("meminta pertimbangan kepada
para sahabatnya" red) dalam segala urusan padahal tak seorang pun di
dunia ini yang nyata-nyata secerdas beliau, namun faktanya Allah SWT masih
tetap menyerunya untuk melakukan itu. Adalah Rasulullah SAW senantiasa meminta
pertimbangan sahabat-sahabatnya di setiap kali ada hal yang perlu dibedah dan
dimuasyarahkan bersama mereka bahkan untuk urusan rumah tangganya sekalipun.
Sahabat 'Aliy -karromallahu
wajhah- pernah berkata : "Seseorang yang menyenantiasakan prinsip
musyawarah dalam kehidupannya itu tidak akan mengalami binasa".
Dikatakan : Perbedaan [manusia]
atau lelaki [sempurna] dengan manusia/lelaki separuh sempurna dan manusia bodoh
itu, terletak pada nilai pemikiran yang dikembangkannya :
(1) Lelaki sempurna "Adalah orang yang
berpandangan tepat dan selalu meminta pertimbangan para ahli (para cerdik
cendikia)", sedangkan
(2) Lelaki separuh sempurna "Adalah
seorang yang berpandangan benar namun tak meminta pertimbangan para ahli (para
cerdik cendikia), atau ia meminta pertimbangan namun pertimbangan yang masuk
tersebut tak digubrisnya", dan
(3) Orang bodoh "Adalah seorang yang tak
memiliki pandangan/pemikiran sedikitpun dan tak juga meminta pertimbangan para
ahli (para cerdik cendikia)".
Ja'far Shadiq pernah menasihati
Sufyan Tsauri : "Mintalah pertimbangan pada orang lain yang kreible
yaitu yang benar-benar memiliki rasa takut pada Allah SWT dalam segala urusanmu".
Sedangkan proses perjalanan
dalam pencarian ilmu jelas merupakan sesuatu yang mimiliki signifikansi
tersendiri bila dibanding dengan urusan apapun di dunia ini, maka hendaklah kau
terapkan prinsip-prinsip musyawarah di dalamnya ("meminta pertimbangan
kepada orang lain" red), prinsip inilah merupakan sesuatu yang urgens
dan wajib di lakukan bagi setiap pelajar.
Al-Hakim -rahimahullahu
'alayhi- menasihatkan : “Jikalau engkau jadi pergi ke Bukhara, janganlah engkau ikut-ikutan berselisih
dengan para imam. Tenanglah lebih dulu selama dua bulan, guna mempertimbangkan
dan memilih guru. Karena bisa jadi engkau pergi kepada seorang 'alim dan kau mulai
belajar kepadanya, tiba-tiba pelajarannya tidak semenarik -apa yang kau
bayangkan sebelumnya- dan tidak cocok untukmu, akhirnya proses pembelajarannya pun
tidak kau dapati berkah di sana.
Karena itu, pertimbangkanlah dulu barang dua bulan untuk memilih gurumu itu, dan
bermusyawarahlah agar tepat, serta tidak lagi ingin berpindah ataupun berpaling
dari guru tersebut. Dengan begitu, kau mendapat kemantapan belajar di sana, mendapat berkah dan banyak kemamfaatan ilmu yang kau
peroleh dari sana”.
Maka dalam masa tenggang dua
bulan itulah handaknya kau lakukan pertimbangan untuk kemudian kau bisa memilih
seorang guru, mintalah nasihat dan pertimbangan orang lain hingga kau
benar-benar tak lagi butuh untuk meninggalkan guru tersebut dengan berpaling
dari padanya, maka menjadilah kau tetap di sana hingga proses pembelajaranmu menjadi
berkah karenanya, dan ilmu yang kau raih pun menjadi banyak manfa'at karenanya.
Ketahuilah, bahwasannya sabar
dan menetapi kesabaran itu merupakan dasar kekuatan yang besar dalam segala
urusan, di samping juga memiliki nilai-nilai kemuliaan di dalamnya, sebagaimana
tersebut dalam sebuah sya'ir :
لِكُلِّ إلَى شَأْوِ العَلاَ حَرَكَاتٍ :: وَلَكِنْ عَزِيْز فِى الرِّجَالِ ثَبَات
Untuk segala pergerakan perlu
adanya sikap kesabaran yang tinggi :: namun bagi seseorang yang mampu bertahan
dalam kesabarannya adalah kemuliaan tersendiri baginya.
Ditanyakan : apa sih keberanian
itu ?
[Konon dikatakan] bahwa Keberanian
itu adalah sesaaat kita bersabar.
Maka seyogyanya bagi seorang
pelajar itu tetap dalam kesabarannya dan senantiasa bersabar atas guru yang
mengajarimu dan atas bacaan-bacaan kitab yang tengah kau pelajari sehingga
dengan demikian kau tak lagi hendak meninggalkannya sama sekali, bersabar atas
segala fan mata pelajaran hingga tak lagi mau kau tergiur akan mata pelajaran
yang lain sebelum mata pelajaran pertama benar-benar rampung kau pelajari,
bersabar atas tempat dimana di sanalah kau tengah menempa diri dengan berbagai
pembelajaran hingga kau tak lagi berkeinginan pindah ke lain tempat tanpa ada
alasan yang jelas. Karena sesungguhnya semua itu berimplikasi akan memisahkanmu
pada segala urusan yang urgens, tersibukkannya hati dengan urusan-urusan
sepele, menyia-nyiakan waktu dan menyakiti guru.
Seorang pelajar juga sebaiknya
bersabar dari segala kecamuk hawa nafsunya.
Seorang penyair menggubah
sebuah sya'ir :
إنَّ الَهوَى لَهُوَ الهَوَانُ بِعَيْنِهِ :: وَصَرِيْعُ كُلِّ هَوَىَ صَرِيْعُ هَوَانٍ
Sesungguhny hawa itu adalah
makhluq yang hina :: dan setiap jajahannya adalah yang terkalahkannya.
Sehingga terjatuhlah dia dalam
kehinaan dan terkekang selamanya.
Di katakan, harta simpanan yang
berlimpah itu terletak pada sebuah ujian yang dilaluinya.
Dan sungguh telah ada gubahan
sebuah sya'ir, dan sya'ir ini pernah juga di ucapkan kepada 'Aliy ibn Abi
Thalib -karramallahu wajhah- berbentuk sya'ir, yaitu :
ألاَ لَـنْ تَنَــالَ الْــعِـلْمَ إِلاَّ بِسِــتَّةٍ :: سَأُنْبِيْكَ عَنْ مَجْمُوْعِهَا بِبَيَانِ
ذُكَاءٍ وَحِرْصٍ وَاصْطِبَارٍ وَبُلْغَةٍ :: وَإِرْشَادِ أُسْــــتَاذٍ وَطُـوْلِ زَمـــَانِ
Ingat, manalah bisa kau peroleh
ilmu kecuali dengan enam perkara :: akan aku ceritakan/perjelas satu persatunya
secara utuh
(1) berakal cerdas, (2)
gairah/bercita-cita tinggi, (3) telaten dan mau bersabar, (4) butuh dana/biaya,
:: (5) ada petunjuk guru, dan (6) perlu waktu lama.
Sedangkan dalam memilih teman/sahabat
juga perlu dicari dengan berusaha keras menseleksinya, karenanya sebaiknya
seorang pelajar memilih seorang teman/sahabat yang benar-benar memiliki
sifat/sikap asih, yang wara' (berhati-hati dalam pergaulan), memiliki
perwatakan yang lurus dan benar, yang memberi pemahaman, yang berusaha keras
bangkit dari keterpurukan dan kemalasan, dari menafikan teman, dan dari sifat
memperbanyak teman, yang merusak dan mendatangkan firnah.
Seorang penyair berkata
(mendendangkan syi'iran) :
عَنِ الْمَرْءِ لَا تَسْئَلْ وَأَبْصِرْ قَرِيْنَهُ :: فَـإنَّ الْـقَرِيْنَ بِالْمُـقَارِنَ يَقْــتَـدِى
فـَإنْ كَـانَ ذَاشَرٍّ فَــجَـنِّبْهُ سُرْعَـةً :: وَإنْ كَانَ ذَاخَيْرٍ فَقَارِنْهُ تَهْـتَدِى
Tentang watak seorang teman,
jangan sekali-kali engkau tanyai dia, lihatlah saja pada perilaku teman-temannya :: karena teman itu
akan selalu mengikuti perilaku/tindakan temannya
Jika teman itu tak baik, maka
segeralah jauhi dia :: namun jika teman ityu baik, segeralah dekati dia, karena
sesungguhnya teman seperti inilah yang akan menunjukimu.
Di sini, saya pun perlu
mengutip sya'ir lain, yaitu :
لاَ تَصْحَـبْ الكَسْلاَنَ فِى حَـالَتِهِ :: كـَمْ صَـالِــحٍ بِفَـسَـادٍ آخَــرْ يُفْسِـدُ
عدوى البَلِيْدِ إلىَ الجَلِيْدِ سَرِيْعَةٌ :: كَالْجَمْرِ يُوْضَعُ فِى الرَّمَادِ فَيُخْمَدُ
Jangan sekali-kali kau dekati
teman yang pemalas dalam setiap kondisi :: Sebab betapa banyak orang-orang baik
menjadi buruk oleh karena keburukan temannya
Sebab
menularnya sifat kebodohan terhadap orang yang pintar itu sangat cepat sekali :: ibarat api yang ditutupi dengan abu.
قال
النبى صلَى الله عليه وسلّم : "كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُولَدُ عَلَى فِطْرَةِ
الإسْلاَمِ، إلاَّ أنَّ أَبَوَاهُ يَهَوِّدَانِهِ وَيُنَصِّرَانِهِ وَيُمَجِّسَانِهِ".
الحديث .
Sabda Nabi SAW : "Setiap
anak yang terlahir (ke dunia ini) senantiasa atas kefitrahan Islam, kecuali
kedua orang-tuanya lah yang kelak membuatnya Yahudi, atau Nashrani, atau Majusi".
Al-Hadits
Ada disebut dalam ungkapan bijak (kata-kata hikmah) dalam
bahasa Persi :
باربــــد بدتـر بود ازمـاربــــد :: بحـق ذات بـاك الله الصـمـد
باربد ازدترا سوى حجيم :: بــــار نـيكــوكــير نابـــى نعــــــيم
Teman yang durhaka, lebih
berbisa daripada ular yang berbahaya :: Demi Allah Yang Maha Tinggi, Nan Maha
Suci
Teman buruk, membawamu ke
neraka jahim :: Sedangkan teman bagus, mengajakmu ke sorga na’im
Ada tersebut dalam sebuah syi’ir :
إنْ كُنْتَ تَبْغِى الْعِلْمَ وَأَهْلَهُ :: أوْ شَـاهِـــدًا يُخْبِرُ عَنْ غَائِبٍ
فَاعْتَــــبِرِ الأرْضَ بِأَسْـمَائِـــهَا :: وَاعْتَبِرِ الصَّاحِبَ بِالصَّاحِبِ
Bila kau ingin dapati banyak
ilmu dari ahlinya :: Atau ingin tahu yang gaib dan memberitakannya
Maka dari nama bumi, ambillah
pelajaran tentang isinya :: dan dari seorang yang di temani, ibaratkanlah dia tentang
dia
<<>>
فصل
فى اختيار العلم والأستاذ والشريك والثبات
وينبغى لطالب العلم أن يختار من كل علم
أحسنه وما يحتاج إليه فى أمر دينه فى
الحال، ثم ما يحتاج إليه فى المآل.
ويقدم علم التوحيد والمعرفة ويعرف الله
تعالى بالدليل، فإن إيمان المقلد ـ وإن كان صحيحا عندنا ـ لكن يكون آثما بترك
الإستدلال .
ويختار العتيق دون المحدثات ، قالوا:
عليكم بالعتيق وإياكم بالمحدثات، وإياك أن تشتغل بهذا الجدال الذى ظهر بعد انقراض
الأكابر من العلماء، فإنه يبعد عن الفقه ويضيع العمر ويورث الوحشة والعداوة، وهو
من أشراط الساعة وارتفاع العلم والفقه،كذا ورد فى الحديث .
أما اختيار الأستاذ: فينبغى أن يختار
الأعلم والأورع والأسن، كما اختار أبو حنيفة، رحمة الله عليه، حماد بن سليمان ،
بعد التأمل والتفكير، قال: وجدته شيخا وقورا حليما صبورا فى الأمور .
وقال: ثبت عند حماد بن سليمان فنبت
وقال أبو حنيفة رحمة الله عليه: سمعت
حكيما من حكماء سمرقند قال: إن واحدا من
طلبة العلم شاورنى فى طلب العلم، وكان قد عزم على الذهاب إلى بخارى لطلب العلم .
وهكذا ينبغى أن يشاور فى كل أمر، فإن
الله تعالى أمر رسوله عليه الصلاة والسلام بالمشاورة فى الأمور ولم يكن أحد أفطن منه، ومع ذلك أمر بالمشاورة،
وكان يشاور أصحابه فى جميع الأمور حتى حوائج البيت .
قال على كرم الله وجهه: ما هلك امرؤ عن مشورة .
قيل : [الناس] رجل [تام] ونصف رجل، ولا
شيئ فالرجل: من له رأي صائب ويشاور العقلاء، ونصف رجل: من له رأي صائب لكن لا
يشاور، أو يشاور ولكن لا رأي له، ولا شيئ: من لا رأي له ولا يشاور.
وقال جعفر الصادق لسفيان الثورى : شاور فى أمرك الذين يخشون الله
تعالى .
فطلب العلم من أعلى الأمور وأصعبها،
فكانت المشاورة فيه أهم وأوجب.
فتأمل فى شهرين فى اختيار الأستاذ،
وشاور حتى لا تحتاج إلى تركه والاعراض عنه فتثبت عنده حتى يكون تعلمك مباركا
وتنتفع بعلمك كثيرا.
قال الحكيم رحمة الله عليه: إذا ذهبت إلى بخارى فلا تعجل
فى الإختلاف إلى الأئمة وامكث شهرين حتى تتأمل وتختار أستاذا، فإنك إن ذهبت إلى
عالم وبدأت بالسبق عنده فربما لا يعجبك
درسه فتتركه فتذهب إلى آخر، فلا يبارك لك
فى التعلم.
واعلم أن الصبر والثبات أصل كبير فى
جميع الأمور ولكنه عزيز، كما قيل:
لكل
إلى شأو العلا حركات ولكن عزيز فى الرجال
ثبات
قيل: ما الشجاعة ؟
[قيل]: الشجاعة صبر ساعة.
فينبغى أن يثبت ويصير على أستاذ وعلى
كتاب حتى لا يتركه أبتر، وعلى فن حتى لا يشتغل بفن آخر قبل أن يتقن الأول ، وعلى
بلد حتى لا ينتقل إلى بلد آخر من غير ضرورة ، فإن ذلك كله يفرق الأمور ويشغل
القلوب ويضيع الأوقات ويؤذى المعلم.
وينبغى أن يصبر عما تريده نفسه وهواه.
قال الشاعر:
إن
الهوى لهو الهوان بعينه وصريع كل هوى
صريع هوان
ويصير على المحن والبليات.
قيل: خزائن المنن، على قناطير المحن.
ولقد أنشدت، وقيل إنه لعلى بن أبى طالب
كرم الله وجهه شعرا :
ألا
لـن تنــال الــعـلـــم إلا بســتة سأنبيك
عن مجموعها ببيان
ذكاء
وحرص واصطبار وبلغة وإرشـــاد أستاذ
وطـول زمـــان
وأما اختيار الشريك، فينبغى أن يختار
المجد والوراع وصاحب الطبع المستقيم المتفهم، ويفر من الكسلان والمعطل
والمكثار والمفسد والفتان.
قال الشاعر :
عن
المرء لا تسل وأبصر قرينه فـإن الـقرين
بالمـقارن يقــتـدى
فـإن
كـان ذا شر فــجـنبه سرعـة وإن كان ذا
خير فقارنه تهـتدى
وأنشدت
شعرا آخر:
لا
تصحـب الكسلان فى حـالته :: كـم صـالــح بفـسـاد آخــر يفسـد
عدوى
البليد إلى الجلــيد سريعة :: كالجمر يوضع
فى الرماد فيخمد
ويقال فى الحكمة بالفارسية :
باربــــد
بدتـر بود ازمـاربــــد بحـق ذات بـاك
الله الصـمـد
باربد
ازدترا سوى حجيم بــــار نـيكــوكــير
نابـــى نعــــــيم
وقيل :
إن كنت تبغى العلم وأهله أو شـاهدا يخـبـر عن غائب
فاعتبر الأرض بأسـمائها واعتبر الصاحب بالصاحب
Tidak ada komentar:
Posting Komentar