Senin, 21 Maret 2016

Fashal II : Niyat dalam Belajar (Bagi Pelajar)

Bismillaahir-Rahmaanir-Rahiiem

Kemudian, bagi seorang peelajar di sektika proses pembelajarannya, seyogyanya memiliki niyat atau harus ditunjang dengan niyat "yang baik lagi benar" (red). Niyat adalah dasar/asas baginya untuk segala macam bentuk perbuatan dan tindakan, ini semata-mata berdasarkan sabda Nabi SAW "Bahwasannya amal perbuatan itu (harus didasarkan kepada) niyat" hadits sahih.

Dalam riwayat lain, tersebut dari Rasulullah SAW bersabda "Berapa banyak tindakan/perbuatan seseorang yang seakan-akan berbentuk amalan dunia, kemudian hanya karena adanya niyat yang baik (dari pelakunya), maka amalan tersebut menjadilah amalan akhirat. (sebaliknya) berapa banyak perbuatan/tindakan seseorang yang seakan-akan berbentuk amalan akhirat, kemudian ianya menjadi amalan dunia hanya karena buruknya niyat".

Oleh karenanya, seseorang (pelajar) hendaknya berniyat dengan sebenar-benar niyat demi mencari keridhoan Allah SWT dan untuk bekal di kemudian hari (akhirat), disamping (niyat karena) untuk mengikis kebodohan dari  padanya, dari kebodohan yang masih melekat dan menghinggapinya untuk  biar bisa kembali menghidupkan gairah keagamaan dan untuk mengokohkan tegaknya ajaran Islam, karena sesungguhnya tegaknya Islam itu harus dengan Ilmu. Tidak benar (seseorang) berlaku dan mempraktikkan zuhud dan taqwa tanpa didasari Ilmu di dalamnya.

Yang mulia syekh al-Imam, al-Ustadz Burhanuddin, pengarang kitab al-Hidayah menggubah sebuah syair berikut ini untuk sebagian para sahabatnya :

Adalah sebuah kerusakan besar manakala seorang 'alim (yang berpengetahuan) tak melaksanakan/tak berbuat (dengan ilmunya) :: Namun kerusakan itu jauh lebih besar lagi (efeknya) manakala seorang jahil (yang tak berpengetahuan) yang melakukannya.
Sebab keduanya merupakan fitnah besar bagi seluruh alam :: tentu bagi (sudut pandang) seseorang yang benar-benar mau berpegang  teguh pada ajaran Agamanya.

Karenanya, seorang pelajar hendaknya berniyat dengan senantiasa bersyukur dan mensyukuri atas nikmat (kesemprnaan) akal (yang telah dianugerahkan Allah untuknya), atas kesehatan badan dan fisiknya. Dengan nikmat-nikmat tersebut sehingga seorang pelajar tidak diperkenankan berniyat untuk agar dirinya bisa diterima oleh masyarakat luas misalnya, atau demi untuk menarik materi atau gemerlapnya dunia, dan demi untuk meraih kehormatan (pangkat) di sisi para pembesar pemerintahan dan atau karena hal lain.

Muhammad ibn al-Hasan -semoga Allah merahmati keduanya- berkata "Seandanya seluruh manusia (di dunia ini) adalah budakku, niscaya akan aku merdekakan seluruhnya tanpa kecuali dan akan aku pensiunkan semuanya dari sistem perbudakan"

[Sedimikian itu] karena sesungguhnya seorang yang telah benar-benar menemukan kelezatan/manisnya ilmu (pengetahuan) dan amal, maka sedapat mungkin dia berusaha untuk meminimalisir akan kesukaannya di sisi manusia.

Yang mulia syekh al-Imam al-Ustadz Qiyamuddin ibn Ibrahim ibn Isma'iel ash-Shaffar al-Anshari pernah menggubah syayir, beliau adalah seorang penulis (imla) untuk Imam Abu Hanifah –semoga Allah SWT merahmati keduanya-

Seorang pelajar (pencari ilmu) untuk bekal kelak dihari qiyamat :: adalah dia yang berbahagia karena telah peroleh anugerah dan petunjuk
Maka rugi besar bagi orang-orang yang mencarinya (ilmu) :: jika pencariannya itu demi untuk meraih kehormatan dari banyak orang

Ya Allah, (kemi bermohon) kecuali (pencarian ilmu ini) semata-mata karena mencari keridhoanMu untuk menyeru kebaikan dan mencegah kemungkaran serta untuk menegakkan kebenaran, menegakkan kemuliaan agama bukan untuk ego dan nafsunya, maka -niyat semacam ini- boleh-boleh saja sepanjang untuk menegakkan "Amar ma'ruf nahi munkar" menyeru kebaikan dan mencegah kemungkaran.

Dan pula, sangat baik bagi seorang pelajar untuk merenung-renungkan hal itu, maka  pencariannya akan ilmu itu sesungguhnya harus disertakan dengan kesungguhannya yang betul-betul, tidak boleh berpaling darinya untuk sekedar meraih dunia yang hina dan nista misalnya, untuk mendapatkan materi yang teramat sedikit lagi fana (tak abadi).

Nabi SAW bersabda : "Takutlah akan dunia, maka demi Dzat yang jiwa Muhammad ada dalam genggamanNya, Sesungguhnya dunia ini adallah tipu daya Harut dan Marut" hadits sahih

Dalam sebuah say'ir :
Dunia ini serasa lebih kecil dari yang terkecil :: yang merindukannya lebih hina dari yang terhina
Dengan tipu dayanya, dunia bisa menenggelamkan segolongan kaum dan membutakannnya :: mereka  yang memilihnya (dunia) sesungguhnya tanpa dasar.

Dan sebaiknya, bagi para ahli (penyandang ilmu) untuk tidak menghinakan diri dengan memperlakukan tamak pada selain pengharapan yang semestinya, yang senantiasa bisa menjaga diri dari keterhinaan ilmu pengetahuan dan penyandangnya (para 'alim)

Seharusnya mereka bersikap tawaddhu', rendah diri dan rendah hati antara sifat kesombongan dan kehinaan, juga harus bersifat 'iffah (menjaga kemarwahan penyandang ilmu). Hal itu, semuanya dapat kita baca (pelajari) dalam kitab-kitab etika (akhlaq).

Syekh al-Imam al-Ustadz Ruknuddin yang populer dengan gubahan sastra-sastra pilihannya yang merupakan kumpulan sya'ir-sya'ir diri (ode) menggubah sebuah sya'ir untukku, sebagai berikut :

Sikap tawaddhu' (rendah hati) itu termasuk predikat yang disandang oleh para petaqwa (muttaqi) :: yang dengannya pelakunya mampu membawanya naik sampai kepada yang Maha Tinggi

Termasuk yang mengagumkan kepribadiannya adalah manakala suatu saat orang bodoh merasa keheranan akan halnya :: apakah dia termasuk bahagia atau sebaliknya ?
Sombong itu merupakan sifat yang dimiliki Tuhan kita :: semata-mata, maka hindari sifat-sifat sedemikian itu dan takutlah.

Imam Abu Hanifah pernah menasihatkan sahabat-sahabat beliau : "Perbesar imamah (lilitan surban kepala) kalian dan longgarkan lengan baju kalian". Ungkapan beliau itu dimaksudkan untuk agar supaya ilmu pengetahuan dan penyandangnya tidak disepelekan atau dianggap semena-mena.

Seorang pelajar, sebaiknya mencari kitab pesan-pesan yang baik -buah karya dari seorang ulama besar, Imam Abu Hanifah radiAllahu 'anhu- yang diperuntukkan kepada Yusuf ibn Khalid as-Samta saat ketika kembali kepada keluarganya, kitab tersebut diperolehnya dari seorang pelajar, seseorang yang memang tengah mencari ilmu.

Adalah Syaekhul Islam yang merupakan ustadz kami, Burhanuddin 'Aliy ibn Abu  Bakar -semoga Allah mensucikan ruhnya- menyerukanku melalui tulisannya saat ketika kembali ke daerahnya, maka aku menuliskannya : "Dan seharusnya bagi seorang guru dan mufti (pemberi fatwa) untuk ssenantiasa sebagai teladan untuk semua manusia" dan kepada Allah SWT lah semoga kita diberi taufiq.

<<>> 

فصل

فى النية فى حال التعلم

          ثم لابد له من النية فى زمان تعلم العلم، إذ النية هى الأصل فى جميع[1] الأفعال لقوله عليه السلام : إنما الأعمال بالنيات. حديث صحيح[2].
          [روى] عن رسول الله صلى الله عليه وسلم: كم من عمل يتصور بصورة عمل الدنيا، ثم يصير بحسن النية من أعمال الآخرة، وكم من عمل يتصور بصورة عمل الآخرة ثم يصير من أعمال الدنيا بسوء النية[3].
          وينبغى أن ينوى المتعلم بطلب العلم رضاء الله والدار الآخرة، وإزالة الجهل عن نفسه، وعن سائر الجهال، وإحياء الدين وإبقاء الإسلام، فإن بقاء الإسلام بالعلم، ولايصح الزهد والتقوى مع الجهل[4].
          وأنشدنا الشيخ الإمام الأجل الأستاذ برهان الدين[5] صاحب الهداية لبعضهم شعرا :
فـساد كـبير عـالم مـتهتـك       وأكـبر منه جاهل متنسك[6]
هما فتنة للعالمين عظيمة        لمن بهما فى دينه يتمسك
          وينوى به : الشكر على نعمة العقل، وصحة البدن, ولا ينوى به إقبال الناس عليه، ولا استجلاب حطام الدنيا، والكرامة عند السلطان وغيره.
          وقال محمد بن الحسن رحمة الله عليهما: لو كان الناس كلهم عبيدى لأعتقتهم وتبرأت عن ولائهم.
          [وذلك لأن] من وجد لذة العلم والعمل به، قلما يرغب فيما عند الناس.
          أنشدنا الشيخ الإمام الأجل الأستاذ قوام الدين حماد بن إبراهيم بن إسماعيل الصفار الأنصارى[7] إملاء لأبى حنيفة رحمة الله عليه:
          من طلب العلم للمعاد             فاز بفضل من الرشاد
          فـيالخسـران طالـبيـه             لـنيل فـضل من العباد
          اللهم إلا إّذا طلب الجاه للأمر بالمعروف والنهى عن المنكر، وتنفيذ الحق، وإعزاز الدين لا لنفسه وهواه، فيجوز ذلك بقدر ما يقيم به الأمر بالمعروف والنهى عن المنكر.
          وينبغى لطالب العلم: أن يتفكر فى ذلك، فإنه يتعلم العلم بجهد كثير، فلايصرفه إلى الدنيا الحقيرة القليلة الفانية.
          (قال النبى صلى الله عليه وسلم: اتقوا الدنيا، فوالذى نفس محمد بيده إنها لأسحر من هاروت وماروت[8]).

          شعر:
          هى الـدنيا أقـل مـن الـقـليل      وعاشقها أذل من الذليل
          تصم بسحرها قوما وتعمى      فـهم مـتخيرون بلا دليل[9]

          وينبغى لأهل العلم أن لايذل نفسه بالطمع فى غير المطمع ويحترز عما فيه مذلة العلم وأهله.

          ويكون متواضعا، والتواضع بين التكبر والذلة، والعفة كذلك، ويعرف ذلك فى كتاب الأخلاق.

          أنشدنى الشيخ الإمام الأستاذ ركن الدين المعروف بالأديب المختار[10] شعرا لنفسه:

إن الـتواضـع مـن خـصـال المـتقى
                                       وبه التقى إلى المـعالى يرتقى
ومن العجائب عجب من هو جاهل
                                      فى حالة أهو السعيد أم الشقى
أم كـيـف يخــتم عـمـره أو روحــه
                                       يوم الـنوى مـتسفل أو مرتقى
والـكـــبـريـاء لـربـنـا صــفـة لــــه
                                       مـخـصـوصة فتجـنبها واتقى

          قال أبو حنيفة رحمة الله عليه لأصحابه: عظموا عمائمكم ووسعوا أكمامكم.
          وإنما قال ذلك لئلا يستخف بالعلم وأهله[11].
          وينبغى لطالب العلم أن يحصل كتاب الوصية التى كتبها أبو حنيفة رضى الله عليه ليوسف بن خالد السمتى[12] عند الرجوع إلى أهله[13]، يجده من يطلب العلم[14]

          وقد كان أستاذنا شيخ الإسلام برهان الدين[15] على بن أبو بكر قدس الله روحه العزيز أمرنى بكتابته عند الرجوع إلى بلدى فكتبته، ولابد للمدرس والمفتى فى معاملات الناس منه، وبالله التوفيق.


[1]   فى المخطوط الثانى: الأحوال.
[2]   رواه البخارى ومسلم عن عمر بن الخطاب رضى الله عنه.
[3]   لم أجد شيئا بلفظه، ومعناه صحيح.
[4]   قال الإمام الجنيد المتوفى سنة 297 هـ / 910 م : طريقنا الكتاب والسنة والعلم. وكم فى الزهد الجاهل من الطامات.
[5]   هو الإمام أبو الحسن على بن أبى بكر المرغينانى، كان فقيها حافظا مفسرا محدثا جامعا لعلوم عصره له العديد من المؤلفات، منها كتابه الهداية فى الفقه الحنفى وبه اشتهر ولهذا الكتاب عديد من الشروح وقد خرج أحاديثه الزيلعى والحافظ ابن حجر العسقلانى، وهو أستاذ الزرنوجى، توفى بسمرقند عام 593/ 1197، (الجواهر 1/ 383، التاج 31) ونسبته إلى مرغينان: بلدة بما وراء النهر، خرج منها جماعة من الفضلاء (معجم البلدان 8/ 27).
[6]   وعلى هامش المخؤطوط الثانى: قال على ابن أبى طالب، رضى الله عنه أنه قال بهذا المعنى: قصم ظهرى رجالان: عالم متهتك وجاهل متنسك.
[7]   من أهل بخارى، من بيت علم وزهد، كان فقيها أديبا، كان يؤم الناس يوم الجمعة ويخطب غيره، توفى بسمرقند عام 576/ 1180، (الجواهر المضيئة 1/ 225).
 وكان فى الأصلين المخطوطين: الصفارى.
[8]  الزيادة من المخطوط الأصل فقط، والحديث منكر لا أصل له، أنظر سلسلة الأحاديث الضعيفة والموضوعة للألبانى 34.
[9]   وفى حاشية المخطوط الأولى:
            إنما الدنيا كـــــــظل زائل              أو كضيف بات ليلا وارتحل
            أو كــــــــحـلم قـد رآه نائم             فـإذا مـا ذهـب الـنـوم بـطــل
وأصل البيت الثانى:
            أو كـــــــــنوم قد رآه نائـم              فــــإذا ذهــب الــنـوم بـطــل
وقد عدلناه للضرورة الشعرية.
[10]   محمد ابن أبى بكر بن يوسف، ركن الدين الفرغانى، كان فقيها أديبا، توفى فى مرغينان عام 594/ 1196. وفى المخطوط الأصل: ركن الإسلام.
[11]   أى ينبغى للمتعلم أن يظهر بمظهر حسن يكسبه الاحترام تعظيما للعلم والعلماء.
[12]   فى الأصل المخطوط: أبويوسف  بن خالد السهمى، وفى النسخ الأخرى: يونس بن خالد السمتى، ثم وجدته فى المخطوط الثانى على الصواب، ويوسف السمتى هذا هو أحد أصحاب أبى حنيفة وكثير الأخذ عنه، قال الشافعى: كان رجلا من الخيار، وروى له ابن ماجه، أقبل عليه الناس ثم تخلى لعبادة المولى توفى 189/ 805 (الجواهر المضيئة 2/ 228).
[13]   فى البصرة.
[14]   وهى وصية يدور مجملها حول النهى عن المنكر، أو وردد، أحمد شلبى قسما منها فى كتابه تاريخ التربية الإسلامية ص 316، وقال: الوصية بكاملها مدونة فى مخطوط محفوظ بجامعة استانبول، وقد وجدنا منها نسخة أخرى فى مكتبة الشيخ زهير الشاويش برقم 380وهناك وصية أخرى منسوبة لأبى حنيفة، وموضوعها: العقيدة، وقد اطلعت على مخطوطة فى شرح الوصية، شرحها محمد بن محمود الشهير بأكمل الدين البابرتى شارح الهداية المتوفى عام 786هـ/ 1384م، والمخطوطة محفوظة فى مكتبة زهير الشاويش تحت رقم 1285.
[15]   فى المخطوطة الثانى والمطبوع: برهان الأئمة.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar