Mendadak
teringat puisi ini sebagai goretan indah buah renungan sahabat blogku mBak Fira Riswiyandi
Meringkuk,
terlipat
Di sudut ruang
Didekap erat
selimut malam
Adakah setetes
hangat yang membelai, atau
Sekedar temaram
yang menyapa
Setidaknya
semburat benang cahaya
Hanya dingin
dan gelap
Menemukan
jasadmu,
Merintih,
terkikis
Di sudut jiwa
Dicumbu lembut
bisikan angin
Sekedar rindu
yang mengetuk-ngetuk
Paling tidak
gelisah yang hadir
Hanya jejak dan
angan
Yang kau
bingkai
Sisanya hanya
wajahnya yang terurai
Mencoba bangun
dari tidur panjangmu
Kaki-kakimu
berdiri gontai di atas bukit hatinya
Memikul beban
cinta yang terlalu dalam
Engkau dipeluk
gelap
Menyulam
bait-bait kerinduan
Tercekat,
diayun bimbang tak berkesudahan
Tersedak sejuta
kenangan,
Tentang harapan
yang menggantung di jiwa
Semuanya luluh
lunglai tanpa kata-kata
Engkau gemetar
dalam genggamannya
Hanya ada rasa
yang terus menguras air cintamu,
Untuknya…
Betapa hampa
dicampakkan bayang
Betapa kosong
ditampik waktu
Menyeretmu
dalam lelucon samar hidup ini
Betapa siang
mendakwakmu
Betapa malam
menghakimimu
Menderamu
hidup-hidup
Ini hari kau
pandangi diri di cermin
Dan pilu –kau
sendiri,
Wanitamu tak
kembali
Tertawalah di
sudut air matamu
Mengangislah di
gelak tawamu
Tapi tutupilah
pintu wajahmu
Agar tak
diucapkan kemudian
Pencinta itu
adalah engkau
Yang putus asa,
itu saja!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar