Jumat, 05 Desember 2014

Judul : Asal Orat-aret Menyangkut Perkembangan FILSAFAT dan korelasinya dengan TASAWUF

,. (kali aja ada manfaat) ..

Bismillahir-Rahmaanir-Rahiiem.
Yang jelas begini -ini sekedar menurut apa yang saya pahami aja lho ya-, kalau mau dihubung-hubungkan, ya tentu saja ada hubungan antara kedua bahasan ; "Filsafat dan Tasawuf".

Pada tataran proses, "Filsafat dan Tasawuf" bisa saja seiring sejalan dan keduanya bisa disinergikan karena memang keduanya berproses dan butuh proses dengan kontemplasi dan riyadhoh yang hampir sama, yakni berpikir mendalam tentang sesuatu. Hanya saja secara konklusional antara kedua bahasan ini (Filsafat dan tasawuf) pasti berbeda ..

Filsafat selalu berakhir pada kutub "makhluk dan Kholik" yang pada akhirnya menuntut pemikiran logis dan ilmiyah, karena akal harus bisa menjangkaunya (seperti pencarian Tuhan yang dilakukan oleh Nabiullah Ibrahim AS) .. sedangkan tasawuf hanya menuju satu titik, yaitu "Kholiq" yang terkadang akal tak bisa menjangkaunya karena ia berdimensi syathah (seperti kisah sufistik Nabiullah Khidir AS dg Nabiullah Musa AS) ... begitulah sederhananya menurut pahaman saya yang awam ini tentang korelasi antara Filsafat disatu sisi dengan Tasawuf disisi yang berbeda.

Lalu, soal filsafat ansich, ini jauh sebelum islam lahir dengan risalah Muhammadnya, keilmuan ini sudah jauh berkembang sebelum islam -oya, yang saya maksud adalah filsafat secara umum lho ya, alias filsafat murni-, baru setelah islam lahir, di abad pertama dan kedua misalnya, filsafat ini mulai ditarik masuk ke ranah ajaran-ajaran islam, terbukti banyak juga para ulama kala itu membawa dan menarik keilmuan ini masuk ke ranah bahasan islam, Al-Kindy misalnya, al-Farabiy, ibnu Shina, Ibnu Rusyd, dll, yang dari awal memang sudah sangat menaruh empatik dengan pemikiran filsafat sebelumnya yang jauh-jauh hari telah dipopulerkan oleh Aristotels, Plato, Thales, Aneximandes, dll., padahal jauh sebelum para tokoh dan cendikian muslim tersebut muncul, juga seperti pemikir muslim lainnya seperti Syihabuddin Romahurmuzy, di awal-awal penguasa bani Abbasiyah, juga umumnya madzhab yang berkembang saat itu adalah madzhab realist (madzhab Dzohiry) yang dicetuskan oleh Daud Adz-Dzahiriy, madzhab Mu'tazilah, senada dengan ini, juga madzhab Rofidhoh (Syiah), Qodariyah, dll, yang terakhir ini dicetuskan oleh pemikiran realistis atau rasionalnya "Jahm bin Shofwan" yang belakangan juga dikenal sebagai aliran/madzhab "Jahmiyah"nya.

Nah, madzhab-madzhab inilah yang sebenarnya banyak membawa pemikiran-pemikiraan filsafat ke dalam ajaran islam, betapa tidak, "Nar" (neraka) umpamanya, atau "Jannah" (surga) oleh Jahm atau oleh yang berpahaman rasionalist ini adalah dianggap sebagai sesuatu yang tak kekal (tidak khuld alias fana), lha, ini kan jelas-jelas filsafat, yang padahal menurut konsepsi Sunni (sebutan populer untuk aliran Ahlus-Sunnah wal-Jama'ah) secara umum tidak sedemikian halnya, Sunni hanya berpatokan dan mengimani apa yang terdapat pada nash-nash yang ada (alias literatur-leteratur islam) dan atau petunjuk (hadyu/hadits nabawie). -yang belakangan, di abad-abad pertengahan islam, abad ke 7 H-, pemikiran Jahm ini juga diadopsi dan diakui kembali oleh Syaikhul-Islam Ibnu Taymiyah yang walaupun juga banyak menuai kritik dan kontroversi dengan prinsip-prinsip ajaran para ulama sezaman lainnya hingga hari ini.

<<>>
Masih soal filsafat, maka puncaknya di abad kelima, saat di era hujjatul-islam al-Ghozalie, betapa tokoh yang satu ini dapat memukul mundur perkembangan laju filsafat secara drastis, bahkan pengaruhnya hingga hari ini -coba teman-teman perhatikan, sejak masa al-Ghozalie ini belum lah pernah keilmuan filsafat ini satu kalipun mengalami puncaknya tanpa diimbangi/dibarengi dengan sains modern- (silahkan temen-temen bisa baca ulasan panjang Prof. Muladi) ,. di mana hujjatul-islam ini butuh empat semester (2 thn) ber'Uzlah dan mengasingkan diri untuk mendalami keilmuan (filsafat) ini yang ujung-ujungnya beliau melahirkan satu pemikirannya yang monumental, pembahasannya secara holistik dan disajikan secara konprehensif tentang Garis-garis Besar Haluan berFilsafat, ini terapresiasi dalam bukunya yang berjudul "Maqoshid Al-Falasifah",

Nah, setelah itu baru beliau menyerang atau mengadakan gerakan-gerakan pemikiran secara opensiv untuk menghalau pemikiran-pemikian sporadis mereka yang berbau-bau filsafat soal islam, karena itulah beliau dikenal sebagai salah satu tokoh pemikir islam yang mampu mamadukan dua sisi/kutub yang berbeda dalam satu kemasan yang baru, maka lahirlah bukunya yang kedua "Tahafut Al-Falasifah" => "Kerancuan pemikiran philosuf" tentang ajaran-ajaran islam, sehingga di sini, beliau merasa perlu menancapkan satu benang merah secara garis besar di mana mereka (para pemikir filsafat murni) oleh Hujjatul-Islam di kritk abis-abisan hingga beliau sempat mengklime "kafir" kepada mereka sebagai pemikiran yang salah kaprah dalam beberapa point saja, artinya tidak keseluruhan pemikiran filsafat dianggap salah dan keliru oleh al-Ghozalie.

Hingga kemudian ketiga point tersebut, oleh sebagaian ulama, di buatlah bentuk syair/nadzom untuk supaya biar mudah diingat oleh semua kalangan

بثلاثة كفر الفلاسفة العدا :: إذ أنكروها وهي قطعا مثبته
علم بجزئي، حدوث عوالم، :: حـشر لاجساد و كانت ميته

ketiga unsur pemikiran filsafat yg jelas2 dianggap keliru oleh hujjatul-islam al-Ghozalie hingga diklime "kafir" oleh'y tsb, ialah antara lain

1). menyangkut pengetahuan Tuhan (sifat 'ilmu bagi Allah swt), oleh para philosuf dikatakan hanya sebatas kulliy (global), tidak secara Juz,iy (parsial), di mana islam jelas-jelas berbanding terbalik dengan pahaman tersebut.

2).
menyangkut alam semesta, oleh para philosuf, alam semesta bersifat qodiem, tak terbatas, senantiasa berkembang & tiada akan berakhir baginya, di mana ajaran islam (via nash & hadyu) berbanding terbalik dengan pemahaman tersebut.

3). menayngkut kebangkitan manusia kelak setelah kematian (di akhirat nanti), oleh para pahilosuf juga dikatakan nonsen & tdk akan terjadi, di mana islam melalui ajarannya telah sangat-sangat jelas dan kita sebagai ummatnya harus beriman 100% soal kebangkitan ini.

segini dulu ,. wAllahu A'lamu bish-Showaab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar