Jumat, 28 Agustus 2015

Cinta Tanah Air itu Sebagian dari Iman (Bag. I)


Bismillaahir-Rahmaanir-Rahiiem


Pendahuluan

Tak ragu lagi, bahwa cinta tanah air merupakan fitrah manusia dan termasuk hak asasi baginya yang paling mendasar dimana manusia tercipta di atasnya. Bagi manusia cinta tanah air bukanlah sesuatu yang baru dan asing, mencintai tanah air oleh karena memang semua ummat manusia (kecuali Adam dan Hawa) pernah dilahirkan dan hidup diatas tanah air, hingga tumbuh berkembang menjadi pemuda perkasa yang gagah berani, kemudian seiring waktu pada akhirnya mereka akan mati dan meninggalkan hiruk pikuknya dunia dan juga dikubur di dalamnya. Keniscayaan itu tertuang sebagaimana rasa rindu/kangen yang timbul yang mereka rasakan akan tanah airnya sendiri manakala mereka terpisah dan berada ditempat lain, dan hal ini membuktikan betapa kuatnya jalinan batin yang dimiliki setiap manusia akan bumi dan tanah airnya sendiri sebagai tempat lahir dan tumbuh berkembang, ternyata betapa benar penisbatan tersebut.

Dan bahkan jauh sebelum perlunya pembenaman nilai-nilai nasionalisme dan cinta tanah air bagi halayak manusia, seseorang seharusnya mengawalinya dulu dari kebenaran suatu agama sebagai yang mula-mula ditanamkan dalam hati sanubari setiap insan, baru kemudian ditanamkan sikap dan rasa cinta tanah air karena sebagaimana dalam ajaran agama yang lurus, di sana memang ada anjuran khusus untuk manusia bahwa agar dirinya senantiasa memiliki rasa akan cinta tanah air. 

Rabu, 19 Agustus 2015

"SAKIT GIGI” Rowaahu “Meggy Z” dari jalur Gus Nuril , 'An Syaekhihi, Gus Dur (Allahu yarhamuh).

Bismillaahir-Rahmaanir-Rahiiem

Suatu hari, Gus Nuril, panggilan akrab KH. DR. Nuril Arifin Hussein Semarang Jateng hendak pulang dari sejak seminggu penuh menunggui Gus Dur saat mana di rawat di RSCM Jakarta, -dua hari sebelum Gus Dur benar-benar kembali menghadap keharibaan Tuhan yang maha Esa, Ilaa Rafiiq al-A’la, tinggalkan hiruk pikuk dan gebyarnya dunia ini-, tiba-tiba Gur Dur memanggil Gus Nuril untuk sekedar berbincang ngalor-ngidul, padahal sakit beliau hari itu udah terbilang parah, tapi dasar Gusdur, masih saja ketawa-ketiwi, pengennya bercandaan mulu ,.

tanpa basa-basi Gus Nuril mendekati Gusdur

"Gini Gus !", sapa Gusdur mengawali pembicaraan pada Gus Nuril, "al-hamdulillah, saya ini sudah lumayan sembuh” terang Gusdur mensyukuri sisa-sisa hidupnya menjelaskan tentang kondisi terakhir sebelum wafat, “TINGGAL YG INI SAJA, GUS !” katanya lagi sembari beliau menunjuk GIGI nya yang kebetulan pipinya yang sebelah kanan terlihat membesar.

Jumat, 14 Agustus 2015

Sayyidina 'Ali versus Nashrani

Bismillaahir-Rahmaanir-Rahiiem
 
Suatu hari, Sayyidina ‘Ali RA (Khalifah ar-Rasyied yang ke-4) diundang seorang Nashrani untuk mengahadiri acara jamuan di rumahnya.

Kepada ‘Ali, Nashrani itu menyuguhkan anggur. Tanpa basa-basi, sang Imam memakannya.

Lalu Yahudi itu memberi segelas khamr kepada Imam., namun sayyidina ‘Ali menolaknya : "Maaf, khamr diharamkan bagi kami kaum muslimin", jelas Sayyidina 'Ali.

"Aneh sekali kalian ini wahai muslim" kata Yahudi itu, "Kalian menghalalkan anggur tapi mengharamkan khamr padahal khamr itu berasal dari anggur".

"Apakah kamu memiliki istri..???", tanya sayyidina Ali.

"Punya..!!"., jawab Yahudi itu. "Datangkan ia kemari". Yahudi itu pun memanggil istrinya.

"Apakah kamu memiliki seorang putri..??"., tanya ‘Ali lagi. "Punya !!", jawab yahudi itu. "Datangkan dia ke sini !!". Yahudi itu pun memanggil putrinya.

Setelah istri dan putrinya hadir.