Jumat, 04 Maret 2016

Gusdur, Kiyai Nyentrik atau Eccentric ?

Bismillaahir-Rahmaanir-Rahiiem


Beda lho ya antara "nyentrik" dengan "eccentric", di samping tentu saja dari sisi kebahasaan keduanya memang berbeda, bahasa Indonesia vs bahasa Inggris, namun bukan ini fokus saya, di satu sisi "nyentrik" itu pada mulanya memang terkesan "asal beda", asal tampil beda di masyarakat, sedang di sisi lain "eccentric" tidak semata asal beda, tapi juga harus berisi sebagai yang mengesankan ada pembeda bahwa anda benar-benar berbeda akan ke"eccentric"an yang anda tunjukkan, entah itu ucapan atau tindakan.

Nah, maka penting bagi siapa pun yang mau tampil beda untuk agar mengisinya dulu dengan positive-values atau nilai-nilai kebaikan di dalamnya sebelum anda berbeda, baru anda dipersilakan TAMPIL BEDA sekarepmu tentu sejauh anda bisa mempertanggung-jawabkannya di tengah publik dan juga Tuhan.

Allahu yarham, Gusdur contohnya. Beliau tidak asal beda dalam ucapan dan tindakan, tetapi lebih sebagai pembeda dari yang ada, pembeda yang melahirkan ketegasan, pribadi yang tegas dan lugas, penegesan itulah yang kemudian beliau kerap mengesankan "eccentric" dari sekedar "nyentrik" .. Setuju ?!.
<<>>

Soepangat Moenadjat Nyentrik dan eksentrik...sebenarnya dalam satu tarikan pengertian yg sama, berbeda dalam tulisan/kata karena pengaruh bhs etnik.

Nyentrik, dalam bahasa Jawa yang sempurna dari kata han-sentrik(centric) atau 'an-sentrik' => nyentrik.

Nyentrik itu sebenarnya ungkapan dalam bahasa/lidah Jawa ...

Dalam bahasa Indonesia, yang mengambil serapan dari bahasa Inggris eccentric, adalah eksentrik..


Dalam pengertian umum..nyentrik itu digunakan untuk menilai sebuah ekspresi/perilaku/sikap aneh(dalam bahasa Jawa - nyeleneh).

Perilaku itu bisa dalam bentuk tampilan fisik atau cara perpikir atau cara mengambil keputusan, sehingga menarik perhatian orang-orang yang bersikap/berpikir konvensional(awam/standard).

Jadi, sebenarnya nyentrik dan eksentrik itu sama...
Hanya terkadang orang sering membedakannya saja...
nyentrik, lebih kepada tampilan lahir/fisik...
sedang eksentrik, lebih kepada pola pikir/sikao/tindak.

عبد الله فباك ya Om Soepangat Moenadjat bisa di mengerti juga seperti yang Om perjelas tadi : ("nyentrik", lebih kepada tampilan lahir/fisik...sedang "eksentrik", lebih kepada pola pikir/sikap/tindak") ., namun kalau seperti yang Om bilang di atas bahwa keduanya menyerap/mengadopsi dari bahasa Inggris, maka akan seperti ini bunyinya "centric" dan "eccentric", dan ternyata keduanya memiliki pengertian berbeda, "terpusat" dan "orang pikun", barang kali kata pertama cenderung lebih baik pemaknaannya dari makna kata kedua, sedang pengertian kata kedua terkesan lebih negatif jika kita sematkan kepada pribadi beliau almaghfurlah Gusdur, dan saya tak stuju Om soal ini, jika kita paksakan pengertian ini, maka itu sama dengan kita menempatkan beliau sebagai seorang figur yang tindakan dan atau ucapannya seakan tak bermakna sama sekali, padahal ianya sarat makna dan hikmah ,. hehe.

tapi ga pa2 juga Om, namanya juga pandangan qok, boleh berbebda, sepanjang masing-masing dari kita dapat mengilmiyahkannya, bukan begitu Om ?.
, hehe

Soepangat Moenadjat Saya tidak lagi bicara soal Gus Dur cak...

Tapi bicara kata "nyentrik" dan "eksentrik" asal kata dan pengertiannya...

Nyentrik itu bahasa Jawa mengambil serapan dari kata sentrik..diberikan awalan/imbuhan huruf 'n' di depan..

Huruf 'n' itu dari awalan dalam bahasa Jawa "ha/a" ...jika dibaca utuh "hanyentrik"...huruf 's' pada kata sentrik luluh 'ny' menjadi hanyentrik..maka dalam bahasa lisan menjadi "nyentrik".

Dalam bahasa Jawa, ianya mengandung kata kerja aktif ...artinya bersikap aneh atau nyeleneh...

Nyeleneh/aneh itu tidak lazim, alias tidak lumrah...

Nyeleneh-tadak lazim-tidak lumrah...itu tidak selalu berkonotasi negatif;
bisa juga positif...

Nah kalau dikaitkan dengan Gur Dur...Sunan Kalijaga...itu orang-orang eksentrik/nyentrik/aneh/nyeleneh/tak lazim/tak lumrah, tapi beliau tak salah.

Sebab sikap eksentrik hanya tidak lazim...atau out of the box;
artinya, tidak mudah dipahami bagi orang yang berpikirnya konvensional.

عبد الله فباك Ooh, getu ya Om, . Okey lah Om Soepangat Moenadjat ,. kulo mafhum sekarang., terima kasih Om penjelasan dan pencerahannya, dapat ilmu banyak nih kulo,. like emotikon ,. sekalian izin tak share pandangan njenengan ini, ya Om.

Exu Papape Rico Ђέђέђέ«{^^}» beda ya ang...
#diluar kepribadian Gusdur. Bagaimna klo kita beda tapi gak umum..merasa benar segalanya..sedangkan penilaian halayak pada umumnya beda.. mohon pencerahannya Gan.

عبد الله فباك iya, boleh saja qok mas Exu Papape Rico boleh posisi kita beda dengan orang lain, beda dengan kalangan umum, orang lain A, kita B misalnya, orang lain biru, kita kuning, hijau, merah, dll, asal ya itu tadi, sepanjang perbedaan yang kita tampakkan itu masing-masing individu dapat mempertanggung-jawabkannya baik di halayak umum maupun kelak dihadapan Tuhan YME., ya, itu saja., silakan berbeda., berbeda tak dilarang qok, dan ternyata berbeda itu lebih indah sepanjang perbedaan itu dapat kita maknai sebagai yang melengkapi satu sama lain, masing-masing menuju ke satu titik persamaan derajat hidup dalam bermasyarakat, perbedaan yang sehat menjadikan hidup ini lebih bervariasi dan berwarna warni, hidup tak monoton.

Nailul Umam Wb syair tanpo waton beliau yg luar biasa.... bukan sekedar syair tapi telah manjing sajrone diri. lahu al fatihah

عبد الله فباك Sipp,. mas Nailul Umam Wb , saya juga suka sangat itu syair., tapi asal tau saja, bahwa syair "tanpo weton" itu bukan miliknya Gusdur, itu ciptaan salah seorang Kiyai tashauf di Jawa timur, hmm, saya qok lupa namanya yak, yang kebetulan Kiyai ini memiliki kemiripan suara yang khas seperti suaranya almaghfurlah Gusdur, syair ini dikeluarkan momentnya tepat sekali pas kebetulan beliau (Gusdur) meninggal dunia, meninggalkan kita semua, sehingga hal inilah yang menjadikan syair ini populer, menjadi sangat terkenal dan diminati oleh banyak orang terutama dikalangan santri dan warga nahdliyyin (sebutan populer warga NU).

<<>>

Tidak ada komentar:

Posting Komentar