Jumat, 05 September 2014

Merakit Mesin Penenun Hujan

Sayang aku terlambat mengenalnya, itupun aku beruntung karena masih sempet aku liat lentik jarinya dengan cekatan memaenkan tuts-tuts piano eletriknya dibawah remang cahaya lampion yang bergelantungan di sebuah pohoh sebagai ciri khasnya disetiap kali dia manggung, lalu kelaurlah nada-nada indah dari tuts-tuts yang dia sentuh, padahal dia telah eksis sejak 2008 lho fren, empat sampai lima tahun sebelum aku mengenalnya ,.

gini lho fren,. ouh ternyata “Frau” dia punya nama, itu nama panggung sih, nama aslinya dikit mirip lah dg ponakanku “Lailani”, dia anak Jogja, tepatnya dari Sleman, dia juga masih berdarah Jepang dari ibunya, nah aku dikenalin nih sama Om Fir, panggilan akrab mas Firman Maulana, salah satu teman kelasku diperkuliahan taman kaplak-kaplak (IAIN Sejati Cirebon) akhir tahun 2012,  saat itu aku disodorin sebuah film bagus olehnya, -hmm, aku lupa sih, apa aku yg disodorin filem itu, apa memang aku yg minta yak-, pokoknya lupa deh, beneran lupa, hehe .. yaitu sebuah mega karya anak bangsa, film nasional bertemakan sosmed yang mengangkat tema twitter, itu lho fren, jenis “social media” yang sejak awal 2010an mulai menjamur dan digandrungi oleh anak-anak remaja sekarang direpublik ini, Republik Indonesia.

“Republik twitter” begitu judul filem itu ...

Di filem itu, dalam disc kedua, sekitar ada di menit ke 15 ada lyric lagu senduuu banget -yang ternyata kalau diamati- liriknya sangat menyentuh dan menyayat ati, gue banget getu lho fren, beneran, begitu yang aku rasa pas denger lagu itu, teruatama pas di seuntai kata sebelum reptnya itu lho fren ., wiihh ; gue banget yakin ,. hiks ,,

Keputusan yang tak terputuskan
Ketika engkau telah tunjukkan
Semua tentang kebalikan
Kebalikan di antara kita


Kemudian "rept" dalam "rept"nya dia tulis begini :

…......................................
Tetapi esok nanti kau akan tersadar
Kau temukan seorang lain yang lebih baik
……………………………………………

Nih fren, lengkap lirycnya begini

By Frau

Merakit mesin penenun hujan
Hingga terjalin, terbentuk awan
Semua tentang kebalikan
Terlukis, tertulis, tergaris di wajahmu

Keputusan yang tak terputuskan
Ketika engkau telah tunjukkan
Semua tentang kebalikan
Kebalikan di antara kita

Kau sakiti aku, kau gerami aku,
Kau sakiti, gerami, kau benci aku
Tetapi esok nanti kau akan tersadar
Kau temukan seorang lain yang lebih baik
Dan aku kan hilang, ku kan jadi hujan
Tapi takkan lama, ku kan jadi awan

Merakit mesin penenun hujan
Ketika engkau telah tunjukkan
Semua tentang kebalikan
Kebalikan di antara kita


Tidak ada komentar:

Posting Komentar