Minggu, 01 Desember 2013

Dilema mahasiswa DMS bak sebuah cinta di persimpangan jalan.

Bismillahir-Rahmaanir-Rahiiem

Teman-teman pernah dengar kan istilah “Cinta di persimpangan jalan” ?, atau “Cinta diujung jalan” ?,. itu lho yang kaya lagunya Agnes Monica,. tau lah pastinya ,. yawdah, nih saya penggalkan dari bagian akhir lirik lagu itu, ato klo nggak, coba dech dengar aja sendiri ekspresi lagu itu ,. hehe .. 

Ku mengerti kau apa adanya
Begitupun yang ku mau darimu
Kau tahu rasanya diabaikan
Cintaku t'lah di ujung jalan.

Rasa-rasanya keadaan itu pas sekali nuansanya jika label itu kita sematkan bagi mahasiswa DMS lulusan SLTA seperti sekarang ini, betapa tidak, karena memang sangat tak menarik untuk kita simak kisah kasih di sebalik perjalanannya ., ah, tak tau lah., yang jelas, ini hanya sebagai awalan pembuka aja untuk saya bisa mengekspresikan sebuah gejolak hati yang tengah dirundung kegamangan akan lika-liku perjalanan DMS yang alhamdulillah sampai hari ini saya pun masih termasuk bagian dari padanya.

Syahdan ,.

Baru-baru ini saya kerap mendengar selentingan kabar yang kurang bersahabat di telinga saya yang kabar itu konon ujung-ujungnya datang dari pihak penyelenggara DMS melalui kosma PAI-1. Saya sendiri sebenarnya tak tahu persis terkait benar tidaknya kabar angin yang saya terima itu, mudah-mudahan aja saya salah dengar, hehe,. coz saya sendiri juga belum mencoba klarifikasikan hal itu kepada yang bersangkutan, pak Muslihuddin. M,Ag selaku ketua pelaksana dan koordinator mahasiswa DMS IAIN Syekh Nurjati, Cirebon.

Adapun kabar yang saya terima dari kosma, pada intinya kurang lebih begini ; bahwa mahasiswa DMS yang kebetulan dari kelompok lulusan SLTA, yang saat ini alhamdulillah masih semangat mengikuti perkuliahan baru di semester III tiga bulan ini, bukan semester VII yang tergabung dalam kelompok mahasiswa D2, konon masa efektif perkuliahannya hanya sampai akhir per Juli 2014 mendatang saja. Abis itu perkuliahan dianggap kelar dan oleh pihak kampus nantinya kita akan diberikan ijazah semacam diploma II, ini artinya kesempatan kita untuk meraih gelar sarjana strata 1 sebagai kelanjutan  program beasiswa kualifakasi dari pemerintah menjadi sekedar isapan jempol belaka.

Memang, managemen pihak kampus tak salah soal itu, makanya dari awal-awal sebelum kita diseleksi masuk dalam penerimaan mahasiswa baru program DMS ini, sebelum itu oleh penyelenggara DMS kita ada disuguhi berkas penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) semacam kesepakatan bersama yang tujuannya bilamana nanti ternyata -selepas program DMS ini selesai yang menurut undang-undang akan berakhir di pertengahan Juli tahun 2014 nanti, dan rupa-rupanya disinyalir memang tak akan ada lagi program serupa setelah berakhirnya program tersebut-, kita belum juga menyelesaikan dari target minimal jumlah SKS *) yang harus dicapai/ditempuh oleh mahasiswa jenjang sarjana, maka selepas itu beban biaya perkuliahan harus ditanggung sendiri, itupun bagi mereka yang masih ada minat hendak melanjutkan studinya untuk menempuh jenjang S-1 di perguruan yang sama. Begitulah penegasan singkat dari penanggung jawab DMS yang juga Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Syekh Nurjati Cirebon, DR. Saefuddin Zuhri. M,Ag.

*). sedikitnya mencapai 140 SKS sebagai batas minimal dari jumlah 150 - 160 SKS.

Perihal itu saya pahami saat mana kami mencoba komunikasikan dengan Ketua DMS, pak Muslihuddin. M,Ag di kantor skretariat DMS lantai II pada pertengahan semester II yang lalu, sekitar bulan April 2012. Namun demikian, pak Dekan saat itu masih sempat berjanji kepada kami akan terus mengupayakan solusi terbaik untuk kelangsungan beasiswa kami, bahwa katanya : “Setelah bapak ibu lepas dari program ini (program DMS) yang akan berakhir Juli 2014 nanti” janjinya kepada kami yang juga disaksikan oleh ketua DMS, “nantinya, bapak ibu akan diserah-terimakan ke pihak fakultas, biar nanti pihak fakultas lah yang siap akan bertanggung-jawab kepada bapak ibu terkait apakah perkuliahannya akan berlanjut atau sebaliknya”. Dalam hati pun saya bergumam "alhamdulillah, ternyata secercah harapan pun masih melintas di jiwa kami".

Oya, sebelumnya perlu teman-teman pahami dulu, bahwa program kualifikasi S-1 ini kan pada dasarnya sengaja digulirkan oleh pemerintah yang dalam hal ini adalah jawatan kementrian dibawah naungan Departemen Agama Republik Indonesia (Depag RI) adalah dalam rangka untuk menunaikan perundang-undangan Pendidikan Nasional yang mengamanatkan kepada semua guru diseluruh Indonesia dimana perundang-undangan ini mengharuskan semua guru harus bersertifikat S-1 terhitung mulai tahun 2013 ini, program ini menurut undang-undang itu nantinya bisa di implementasikan secara serentak mulai per Juli 2013, awal tahun ajaran ini.

Dengan demikian, Departement Agama RI dalam rangka memenuhi strategi dimaksud, maka sejak tahun 2006 digulirkanlah peluang beasiswa kualifikasi S-1 kepada rekan-rekan guru yang secara kebetulan sudah mengantongi ijazah diploma dua (D2), tidak termasuk guru-guru lulusan SLTA, namun karena kebetulan di area Jawa barat I yang meliputi ; Kabupaten Cirebon, Indramayu, Kuningan, Majalengka dan Ciamis belum memenuhi standar kuota yang telah ditetapkan oleh pemerintah, karena itu pula, maka pihak kampus menjaring guru-guru lain diluar D2, yakni guru-guru dari lulusan SLTA sebagai calon mahasiwa baru untuk nantinya juga diikutsertakan pada program penerima beasiswa kualifikasi S-1 yang belakangan program itu kita kenal dengan sebutan program mahasiswa DMS (Dual Mode System) ini.

Padahal, adalah suatu hal yang mungkin sekali terjadi bila dalam dua tahun terhitung sejak penerimaan mahasiswa baru, per Agustus 2012, untuk dilaksakan percepatan semester, misalnya dalam setahun bisa menyelesaikan tiga semester sekaligus, sebagaimana tentang hal itu memang ada signal pembolehannya dari penanggung jawab pusat DMS, Prof. Ahmad Tafsir yang hal itu beliau kemukakan di sela-sela kesempatan rapat koordinasi DMS pusat dengan pihak kampus sebagai penyelenggara DMS pada pertengahan 2012 yang  lalu, beliau menyatakan “Yah, tidak apa-apa, silahkan saja hal itu diberlakukan dikampus ini, asal semuanya bisa di pertanggung-jawabkan,.” begitulah katanya secara tegas sembari beliau juga menyatakan  Yah, tau sama tau aja lah !!” katanya lagi sembari diselingi dengan guyon-guyon kocaknya yang sebelumnya beliau juga memuji-muji proses perjalanan DMS yang bila dihadapkan dengan kampus-kampus lain yang juga sama-sama sebagai penyelenggara DMS, maka “Kampus IAIN Syekh Nurjati Cirebon ini berhak kantongi nilai A plus” pujinya dalam kesempatan itu.

Tetapi nampaknya hal itu belumlah bisa diapresiasi dengan baik dan belum bisa diloloskan secara mulus oleh penanggung jawab DMS yang juga Dekan Fakultas Tarbiyah, DR. Saefuddin Zuhri disela-sela rapat koordinasi tersebut. Alih-alih ketua pelaksana DMS, Muslihuddin. M,Ag juga mengeluarkan statement dengan yakinnya “Bahwa belum ada percontohan khusus pada perguruan tinggi negeri di-Indonesia ini yang menyelenggarakan istilah percepatan semester seperti yang dikehendaki oleh pak Tafsir”, bahkan beliau juga sempat menantang kami untuk bisa menghadirkan satu saja dari percontohan dimaksud, begini katanya “Bilamana ternyata benar ada di-Indonesia ini maka boleh jadi hal yang sama juga akan kami lakukan dan berusaha untuk menirunya biar bisa diterapkan kepada bapak ibu semua di kampus ini”, demikian pernyataan itu mengemuka di pertemuan lain yang berlangsung di skretariat DMS lantai II IAIN Syekh Nurjati Cirebon yang alhamdulillah pertemuan itu juga dihadiri oleh sebagian perwakilan mahasiswa DMS yang kebetulan dari kelas PAI-1 (SLTA) mewakilkannya kepada rekan kosma, pak Subada dan rekan sekretaries, ibu Malikatul-Luthfiah disamping kosma-kosma lain dari kelas DMS lainnya.

Seandainya cita-cita itu bisa diumpamakan sebagaiana halnya cinta, maka benarlah kata Om Ebit G. Ade yang tiba-tiba saja aku teringat akan penggalan lirik lagu itu ;

Aku mulai SADAR..
Cinta tak mungkin ku KEJAR..
Akan ku TUNGGU, harus ku TUNGGU..
Sampai saatnya GILIRAN ku..


<<>> 

Untuk mengakhiri tulisan ini, saya ada sedikit terobati dengan kutipan pesan indah dari seorang dosen pengampu bahasa Indonesia saya di perguruan tinggi tersebut saat saya masih di semester I, diawal-awal perkuliahan saya dikampus ini, yaitu nasihat bagus dari ibu Indrya Mulyaningsih. M,Pd tentang hidup dan proses perjalanannya .., ini dia katanya :

... “Hidup adalah perjalanan. Jalan yang dilewati tak selalu datar. Pun kadang harus naik tinggi dengan kemiringan yang tegak lurus. Bagaimana pun keadaannya, teruslah berjalan karena di depan sana, Tuhan siap menyambut dengan suka cita". Amin ...

Mudah-mudahan teman-teman guru masih terus semangat dan ikhlas dalam setiap menapaki perjalanan hidup, hadapi semua aral yang merintang dengan keikhlasan dan tanpa beban karena diujung sana, Tuhan pasti kan menyambut kita seperti yang ibu Indrya bilang dalam pesan tertulisnya itu, inSya Allah. 

Sebab Tuhan pun melihat kita bukan dari apa yang kita hasilkan tetapi dari proses panjang yang kita lakukan, itu sebab kenapa dalam islam Allah swt ternyata membedakan para nabi-Nya dengan gelaran “Ulul-‘Azmi” dari keseluruhan para nabi, tentu saja karena melihat dari seberapa besar tantangan, ketabahan dan kesabaran mengiringi proses perjalanan kenubuwwatan yang mereka hadapi.

Hadza,. wAllahu a’lamu bish-Showaab.

Ah, nyanyi lagi aja dech ,. Rept “Cinta diujung jalan” by Agnes :

Aku sangat mengenalmu
Aku juga cintaimu..
Tapi kau tak pernah ada pengertian
Ku senang, ku sedih
Kau tak mau tahu

Aku sangat mengenalmu
Dulu kau tak begitu
Kau bintang di hatiku, jadilah yang kumau
Ku senang, ku sedih
Kau ada, denganku

<<>>

Tidak ada komentar:

Posting Komentar