Minggu, 03 Januari 2016

Wisuda Tanpa Jepratan Poto, Menyedihkan.

Bismillaahir-Rahmaanir-Rahiiem


Meski hanya makan-makan sederhana -bersama kakang serta ponakan- di jalan raya Bahagia Cirebon seusai prosesi wisuda berlangsung namun kenyataannya tak mengurangi kebahagiaan dan kesakralan wisudaku pagi tadi, 30/12 di penghujung 2015, itu pun harus pake terlat satu jam setengah dari jadwal semula setelah Dekan FITK IAIN Syekh Nurjati Cirebon menyematkan kuncir kuning topi kebesaran wisuda dari yang semula di sebelah kiri dipindah ke sebelah kanan sebagai tanda simbolik keabsahan kesarjanaanku.

Sedih sih memang prosesi wisuda tanpa ada yang menyambut seorang pun dari keluargaku sebagaimana laiknya prosesi wisuda, ini tak seperti teman-teman lain, mereka berbahagia bersama keluarga, berfoto-foto ria, terkadang juga selfi, dll, tuk sekedar ekspresikan kebahaggiaan mereka saat itu, tak seperti teman-teman, maka tak satu pun jepratan poto akan diri ini,. haha ,. menyedihkan sekali wisudaku ,. grin emotikon

Eits, lupa dink, iya sih sempat ada dua kali aku berpose; pertama saat penyematan oleh pak Dekan FITK, kedua saat aku menerima ijazah meski secara simbolik dari pak Wadek I FITK, itu pun aku harus pake salting segala, pasalnya sesaat setelah ijazah aku terima, setelah itu kemudian aku melangkah maju bermaksud untuk menuruni tangga panggung utama wisuda, nah, di sana itu lah aku mencari-cari tukang poto, “Mana kameranya yak ?", tanyaku dalam hatiKatanya aku harus berpose dulu di sessi ini ?” karena memang sebelumnya para wisudawan telah mendapat pengarahan khusus bahwa di sanalah nantinya para wisudawan akan dibidik poto oleh petugas, eh, pas aku dapati (ketemu) tukang potonya, justru aku telah di jepratnya lebih dulu pas saat aku mencari-carinya tadi sebelum aku sempat melihatnya, kebayang kan betapa saltingnya aku di sana, aku menyiapkan diri dan ancang-ancang pasang badan untuk di poto padahal udah sedari tadi aku di jepratnya oleh si tukang poto tersebut,. hahayy,. beugh, ada terkesan cupuu banget kan ya , bahkan saking saltingnya diri ini, aku sempat diketawain lho oleh adik-adik cantik yang tergabung dalam PGMI Voice ituu,. wuihh, maluu niaan daku ni, yap, bener-bener ga lucu sih kejadiannya, namun dalam hati jujur saja aku menggerutu ; "berharap kejadian tadi diulang untuk kedua kalinya", ga puas bangeett yaqin.

Namun, sungguh pun demikian ada yang istimewa bagiku saat ketika sessi penyematan berlangsung pagi ini, gak tau sih apakah ini hanya keGE-ERanku semata lantaran efek dari emosi kebahagiaan yang memuncak dari dalam diri saat itu ataukah bagaimana, wallahu a’lam, yah bener-bener ga tau, istimewa sekali aku rasa, istimewa karena mungkin aku lah satu-satnya wisudawan yang dapat ucapan TAHNIAH lansung dari pak Dekan dan pak Wadek I, sepontan namaku secara personal terucap oleh lisan kedua beliau iringi penyematan barusan tadi , . .

SELAMAT YA, PAK ABDULLAH !” begitu ucap kedua beliau tegas kepadaku seraya face kedua beliau pun ada memancarkan senyuman terkembang di sana, tentu saya membalasnya dengan senyuman manis meski kaku dan kecut karena jujur saja aku grogi banget saat itu, aku amat bangga dan bahagia karena “Seolah kedua beliau hafal betul namaku” gumamku bangga dalam hati meski setelah itu pun aku tak lantas percaya begitu saja, karenanya saya ada mencoba cari tau pada teman-teman wisudawan lain terutama dari kelas PAI sekembalinya aku terduduk di tempatku semula, “Adakah tadi teman-teman mendengar nama teman-teman terucap oleh kedua beliau saat penyematan barusan ?” tanyaku pada mereka, ouh ternyata tak satupun mereka mengiyakan, malah “Nggak tuh” jawab mereka pasti .. waw , makin bangga saya ,. hehe .,

Kebanggaan saya pun tak henti sampai disitu, sebab saat ketika saya ngopi-break seusai prosesi wisuda bareng pak Uha, pak Jamal, pak Endang yang juga anggota wisudawan dari kelas PGMI, kami bertemu dan berpapasan langsung dengan Pak Yani, dosen Pemb. Aqidah dan Model-model Pembelajaran saat masih di semester II dan VI, beliau ada memanggil namaku, “DULL !” pangggilnya seraya beliau mengucap “Selamat ya !”, maka buru-buru aku, pak Uha, dan pak Jamal menghampiri beliau seraya menyalaminya dengan cium tangan sebagai sikap ta’dziem dan penghormatan kami kepada beliau.,

Hal yang sama juga kami lakukan kepada pak Kiyai Amir (PPTQ) saat manakala kami mengakhiri sesi ngopi-break itu lalu tak sengaja beliau menyambangi kami kemudian memberi selamat dan mendoakan kami “Barokallah, Baarokallah !” demikian doanya untuk kami.

Begitulah pernak-pernik kisahku mengiringi prosesi wisuda hari ini, 30/12, bagaimana kisahmu ?.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar