Rabu, 06 Januari 2016

LEBIH BAIK DI SINI, NEGERI KITA SENDIRI.

Oleh Sabrur R Soenardi


Bismillaahir-Rahmaanir-Rahiiem

Saudi baru saja mengeksekusi tokoh Syiah garda depan di negeri itu, Syaikh Nimr. Saya pernah melihat sebuah tayangan video berisi pidato Nimr, yang poin-poin pentingnya kurang lebih sebagai berikut :

1. Selama saya hidup, sejak lahir sampai lebih setengah abad ini, saya belum pernah mendapatkan ketenangan dan keamanan;

2. Rezim Saudi selalu "ndobos" bahwa saya menjadi kaki tangan Iran di negeri ini. Saya tegaskan, saya tidak ada kaitan dan ketundukan dengan negeri ini--yang tidak pernah memberi keadilan kepada saya, dan negeri mana pun. Saya hanya tunduk kepada Allah saja;

3. Yang saya tangkap dari cara rezim ini (Saudi) memerlakukan saya, seakan-akan hanya mengacu pada rumus, "Pokoknya kalok kamu Syiah, maka kamu layak mati...!"

4. Sila rezim ini memburu saya, mengeksekusi saya. Pilihan saya dan kita semua cuma dua: hidup merdeka (ahrar) atau mati sebagai manusia-manusia mulia (abrar)...!


***

Beberapa hari yang lalu, penyair Sunni kenamaan Irak, Ahmad al Nuaimi, dieksekusi oleh pemerintah Irak berkuasa, gara-gara ia menulis sebuah syair kritis berjudul, "Nahnu Sya'bun La Nastahyi" (Kita Bangsa yang Tak Punya Malu). Isi syair itu memang pedas sekali, sangat menohok pemerintah Irak yang kini lebih didominasi oleh kalangan Islam Syi'ah. Al Nuami menegaskan, dalam berlaksa-laksa syairnya, bahwa biang kerok segala carut marut dan sengkarut umat Islam sejak zaman khalifah empat hingga kini adalah kaum Syiah. Pokoke Syiah gur ngisruh dan suka bikin keadaan makin keruh...!

***

Begitulah, kasus eksekusi Nimr (Syiah) dan Al Nuaimi (Sunni), seakan-akan menjadi pelajaran buat kita, bahwa di negeri-negeri (Islam) yang masih mengedepankan sistem politik tribalisme Abad Tengah, kita tidak pernah bisa menjamin hidup kita sendiri ketika coba bersuara kritis kepada pemerintah berkuasa, apalagi jika posisi kita minoritas. Nyawa kita selalu terancam kapan saja oleh rezim tiranik beserta kaki tangannya, karena mereka tidak pernah mau dikritik dan dihujat atas pelbagai kebijakan penyelenggaraan negaranya. Kritis sedikit, gantung! Protes sedikit, tembak!

Maka dari itulah, kita memang perlu demokrasi. Hanya dengan demokrasi yang terus diperbaiki, hidup kita, nyawa kita, lebih dihargai meski kita bersikap kritis kepada pemangku kuasa. Demokrasi menjamin kebebasan berpendapat bagi semua warga negara, kesetaraan di depan hukum, hak atas keadilan, dan seterusnya. Di negara yang demokrasinya buruk, apalagi yang tribalistik seperti Saudi dan Irak, menuntut kebebasan berpendapat, menuntut persamaan hak bagi minoritas, itu sama saja mencari mati. Syaikh Nimr dan Al Nuaimi sudah menjadi bukti.

Di negeri yang demokrasinya relatif baik seperti Nusantara tercinta ini, sebaliknya, kita bebas bersuara kritis sekritis-kritisnya, siapa pun kita, agama apa pun yang kita anut, apa pun suku dan etnis kita, mayoritas atau minoritas, sila! Sumangga! Kita bisa mengkritik presiden (bahkan ada yang kerjaannya saban hari mengumpat-umpat dan menghujat presiden), mengkritik menteri, mengkritik gubernur, bupati, walikota, tanpa kita takut ditangkap apalagi dihukum mati. Pokoke sekarepmu! Coba kalok melakukan hal sedemikian di Saudi atau di Irak, wassalam dah!

Eeeh..., sudah sebegini indahnya khilafah NKRI, kok masih ada sebagian orang yang menghendaki negeri kita jadi negeri Islam ala gangsternya Abu Bakar Al Baghdadi, atau bermimpi agar Indonesia menjadi seperti Arab Saudi. Terkadang, bahlul memang tidak berbatas...!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar