By. Prof. Agus Sungoto (Penulis dan pakar sejarah "Wali Songo")
Rupanya si bule tadi merasa tersinggung mendengar penjelasan sang Kyai yang mengatakan bahasa Inggris tidak mampu menafsirkan, dan kalah dengan bahasa Jawa.
Bismillaahir-Rahmaanir-Rahiiem
Ada orang bule Australia, dia ini seorang pakar dan peneliti komunikasi, datang berkunjung ke salah satu pondok pesantren besar di Jawa, tepatnya di Malang Jawa Timur, sesampai di sana kemudian dia mulai melangsungkan penelitiannya di pondok tersebut tentang keanehan/kekagumannya menyangkut bahasa Jawa yang masih saja bertahan sebagai bahasa komunikasi/bahasa pengajaran di berbagai pondok-pondok pesantren di Jawa, maka bertanyalah dia kepada salah seorang Kyai di sana ... lalu terjalah dialog sebagai berikut …
Ada orang bule Australia, dia ini seorang pakar dan peneliti komunikasi, datang berkunjung ke salah satu pondok pesantren besar di Jawa, tepatnya di Malang Jawa Timur, sesampai di sana kemudian dia mulai melangsungkan penelitiannya di pondok tersebut tentang keanehan/kekagumannya menyangkut bahasa Jawa yang masih saja bertahan sebagai bahasa komunikasi/bahasa pengajaran di berbagai pondok-pondok pesantren di Jawa, maka bertanyalah dia kepada salah seorang Kyai di sana ... lalu terjalah dialog sebagai berikut …
Bule : "Kenapa kyai kalau mengajar, kitabnya masih menggunakan bahasa Jawa ?, Di zaman globalisasi ini
kenapa tidak ditingkatkan dengan menggunakan bahasa inggris ?"
Kyai : "Karena kalau diajarkan dalam
bahasa inggris, tidak akan mampu menafsirkan semua kosakata dalam Al-Qur’an
maupun hadits, lha bahasa Inggris itu sangat sederhana. Bahasa jawa itu bahasa
yang sangat kaya dan sangat kompleks".
Rupanya si bule tadi merasa tersinggung mendengar penjelasan sang Kyai yang mengatakan bahasa Inggris tidak mampu menafsirkan, dan kalah dengan bahasa Jawa.
Bule : "Bagaimana anda bisa
mengatakan bahasa jawa itu bahasa yang sangat kaya dan sangat kompleks, serta
bisa menjadi bahasa pengetahuan ?. Padahal faktanya selama ini, bahasa Inggris
lah yang paling kompleks !!"
Kyai : "Tidak !, Bahasa Inggris itu
memang sangat sangat sederhana. Saya kasih contoh, coba anda lihat !, itu yang
berwarna kuning keemasan yang ada di sawah. Orang inggris menyebutnya apa ?".
Bule : "Rice !!"
Kyai : "Orang disini. menyebutnya PARI
atau PANTUN ( padi ). Padi itu kalau dipanen namanya GABAH, sedangkan inggris
menyebutnya RICE.
GABAH itu kalau diambil satu biji, namanya
LAS, tapi orang inggris tetap menyebutnya RICE.
GABAH kalau sudah terkelupas kulitnya,
dinamakan WOS/BERAS, orang Inggris tetap menyebutnya RICE.
BERAS Padi kalau patah menjadi dua atau tiga,
namanya MENIR, orang Inggris tetap menyebutnya RICE.
BERAS kalau sudah dimasak namanya SEGO atau
SEKUL (NASI), orang Inggris masih saja menyebutnya RICE.
NASI kalau cuma 1 butir, namaya UPO,
lagi-lagi orang Inggris. menyebutnya RICE.
NASI yang dimasak sedikit lebih lama, bagian
bawahnya dinamakan INTIP atau KERAK, sedang orang Inggris masih menyebut RICE.
NASI yang sudah kering namanya KARAK, orang Inggris tetap menyebutnya RICE.
Dari satu kosakata saja, penafsirannya bisa
bermacam-macam, sedangkan bahasa Inggris tidak bisa menafsirkan tersebut. Apa
bahasa Jawa ini tidak lebih tinggi dan sangat sangat kompleks dibandingkan
bahasa Inggris yang sederhana tersebut ?. coba renungkan baik-baik !!.
Si Bule : "Yes, yes yes zzzzzzz !"
<<>>
<<>>
Tidak ada komentar:
Posting Komentar