Sabtu, 21 November 2015

Cinta, Impian dan Syukur

Bismillaair-Rahmaanir-Rahiiem.

Allahumma salli `ala Muhammad, kama sallayta `ala ali Ibrahim, Allahumma barik `ala Muhammad, kama barakta `ala ali Ibrahim.

Assalamu'alaykum Warohmatullahi Wabarokatuh...

Membaca kehidupan, seperti membaca sebuah buku dengan beragam pena dan bentuk tulisan, beragam penulis dan latar belakang. Dan hanya Allah lah Yang Maha Mengetahui kebenarannya.

Allah SWT memberikan petunjuk di semua hal yang terjadi dalam kehidupan yang fana ini, bahkan untuk sehelai daun yang gugur. Tak ada yang luput dari pengawasan serta ijin-Nya.

Begitu juga halnya dengan Cinta. kadang kita tidak mengerti mengapa kita begitu mencintai sesuatu tanpa alasan. Namun adalah kodrat bagi manusia untuk memiliki kecintaan terhadap dunia sebagaimana firman Allah yang artinya :


“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). Katakanlah: ‘Inginkah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu?’ Untuk orang-orang yang bertakwa (kepada Allah), pada sisi Rabb mereka ada surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya. Dan (mereka dikaruniai) istri-istri yang disucikan serta keridhaan Allah. Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya.” (Ali ‘Imran: 14-15).

Melihat ke diri Al Fakir ini, betapa sungguh mencintai sesuatu yang diingini (To my beloved one Memon and to all dear dreams that I have created), membayangkan orang yang dicintai, membayangkan kebahagiaannya, terasa seperti bermimpi dan lupa bahwa kelak, kita harus melepaskannya. Ingin memilikinya seolah tiada lagi yang diinginkan didunia ini. Terkadang lupa bahwa kita tak berhak mencintai seseorang atau sesuatu melebihi kecintaan kita kepada Allah Subhanahu Wa-Ta'ala dan Rosulullah Shallallahu Alaihi Wasalam.

Allah Subhanahu Wa-Ta'ala berfirman,

”Katakanlah, ’Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatir kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai adalah lebih kamu cintai daripada Allah Subhanahu wa-ta'ala dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.’ Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.” (At-Taubah: 24)

Semua cinta untuk dunia adalah ujian. Tetapi kita boleh berbahagia dengan cinta sebagaimana itu adalah sebuah jalan untuk menempuh ujian-Nya. Sebagaimana Allah tidak akan menguji hamba-Nya sebelum hamba-Nya disebut beriman kepada-Nya.

Dan Kami bagi-bagi mereka di dunia ini menjadi beberapa golongan; di antaranya ada orang-orang yang saleh dan di antaranya ada yang tidak demikian. Dan Kami coba mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk, agar mereka kembali  (kepada kebenaran) (QS. Al A’raf  [7] : 168).

Sebagaimana Impian terhadap dunia atau impian atas Jannah. Banyak sekali orang berpikir, bahwa bermimpi sama halnya seperti banyak berangan-angan yang dilarang oleh Allah Subhanahu Wa-Ta'ala. Tetapi bagi sebahagian orang, impian untuk membahagiakan orang-orang yang dicintai adalah manfaat atas kehidupannya untuk orang-orang tercinta. Mereka begitu ingin mendapatkan Ridho Allah, berharap ampunan Allah. Berharap Allah meridhoi amal baiknya dan menerima taubatnya. Seperti halnya, jika Allah tidak memberikan surga/ Jannah sebagai balasan atas ketaatan dan upaya kita mendapatkan Ridho Allah, apakah seorang hamba masih berusaha mengejar impiannya untuk membahagiakan orang yang dikasihinya ? Atau bahkan impinnya terhadap Jannah ?

Cinta dan Impian adalah salah satu bentuk syukur kepada Allah, mencintai sesuatu karena Allah, mencintai seseorang karena Allah, menginginkan sebuah impian dan berusaha menjadikannya kenyataan adalah diperbolehkan selama itu dijalankan di jalan Allah dan demi keridhoan Allah semata. Allah berfirman,

Bekerjalah wahai keluarga Daud sebagai tanda syukur! (QS Saba [34]: 13).

Bekerja dimaksudkan sebagai upaya mensyukuri rahmat Allah atas nikmat sehat dan merenungkan tujuan penciptaan oleh Allah Subhanahu Wa-Tala. Sebagaimana Allah menjelaskan tujuan dari penciptaan banyak hal seperti dalam firman-Nya,

Dialah (Allah) yang menundukkan lautan (untuk kamu) agar kamu dapat memakan darinya daging (ikan) yang segar, dan (agar) kamu mengeluarkan dan lautan itu perhiasan yang kamu pakai, dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari karunia-Nya (selain yang telah disebut) semoga kamu bersyukur (QS An-Nahl [16]: 14).  

Akhirnya, semua urusan kita kembalikan kepada Allah yang Maha Mengetahui apa yang terbaik bagi hamba-Nya. Tugas seorang hamba adalah untuk bersyukur dan berusaha mendapatkan ridho Allah. Cintailah sesuatu karena Allah, Perjuangkanlah sesuatu demi Allah, Dan bersyukurlah karena Allah takkan pernah menjadikan segala sesuatu itu sia-sia sebagaimana Allah takkan pernah dzhalim terhadap hamba-Nya.

“Dan sesungguhnya Allah tidaklah menzalimi hamba-hamba-Nya.” (Ali ‘Imran: 182)

“Sesungguhnya Allah tidaklah berbuat zalim walau seberat semut yang kecil.” (An-Nisa: 40)

Semoga penulis yang fakir ini mendapatkan ridho-Nya atas tulisan yang sederhana ini. Semoga Allah merahmati hamba-Nya yang terus bermuhasabah dan berusaha menjadi hamba yang taat. Semata untuk keridhoan-Mu ya Robb...

Wallahul Muwafiq ila aqwamith Thariq, Wabillahi Taufiq Walhidayah Wassalamu 'Alaikum Warahmatullah Wabarakatuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar