Minggu, 04 Oktober 2015

Jaga Hati, Jaga Lisan

Bismillaahir-Rahmaanir-Rahiiem

Mari belajar menjaga HATI, menjaga LISAN. Fakta membuktikan, banyak orang CELAKA karena tak pandai menjaga LISANnya. Padahal, keselamatan seseorang itu bergantung dari sejauh mana dia mampu menjaga LISANnya.


عن أبي موسى رضي اللّه عنه قال, قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ الْإِسْلَامِ أَفْضَلُ ؟, قَالَ صلّى الله عليه وسلّم : مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ

Artinya : Dari Abi Musa radiallahu anhu, ia berkata : Para sahabat bertanya kepada Nabi SAW : “Islam yang baik (afdhal) itu yang bagaimana, ya Rasulalllah ?”, Nabi shallahu ‘alayhi wasallama bersabda : “Ialah seorang muslim yang orang-orang Islam lainnya merasa aman (dari gangguan) lisan dan tangannya”. HR Bukhari no 10 page I/15 Maktabah Syamilah v.3


عن يَعْلَى بن عطاء قال سمعتُ عبدَ اللّه بن سُفيان عن أبيه قال قلتُ : يَا رَسُولَ اللَّهِ أَخْبِرْنِى بِعَمَلٍ فِى الإِسْلاَمِ لاَ أَسْأَلُ عَنْهُ أَحَدًا. قال صلّى الله عليه وسلّم : « اتَّقِ اللَّهَ ثُمَّ اسْتَقِمْ ». قال (سفيان) قلتُ : ثُمَّ أَىُّ شَىْءٍ ؟. قال : فَأَشَارَ (صلّى الله عليه وسلّم) إِلَى لِسَانِهِ.

انظر "سنن الدارمي" في باب حفظ اللسان. رقم حديث 2766. ص 362\8


Dari Ya’la ibn ‘Atha berkata ; ia mendengar ‘Abdullah ibn Sufyan dari ayahnya, Sufyan -radiallahu ‘anhum- ia berkata, aku bertanya : “Ya Rasulallah !, kasih aku satu ‘amalan dalam Islam yang tak lagi aku tanyakan soal amalan itu kepada siapa pun”. Rasulullah SAW menjawab : “Takutlah pada Allah kemudian berkomitmentlah (istiqamah)”. Sufyan bertanya lagi : “Kemudian apa lagi, wahai Rasulallah ?”. kemudian Rasulullah SAW berisyarat dengan tangannya seraya menunjuk lisannya.

Lihat "Sunan ad-Daarimi" bab "Menjaga Lisan" hadits nomor 2766 page VIII/362

Itu dia, kenapa Tuhan menganugerahi kita (manusia) dengan dua mata, dua telinga, dua tangan dan dua kaki, namun Tuhan hanya menganugerahi kita satu lisan, satu hati, ini artinya betapa Tuhan bermaksud untuk menyeru manusia supaya berhati-hati dalam mengeksploitasi akan hal pemanfaatan/penggunaan lisan dan hati, supaya lisan kita benar-benar kita dayakan secukupnya saja, supaya kita menggunakannya kpd hal-hal yang jelas-jelas manfaatnya, berbeda dengan dua mata, dua telinga, rupanya Tuhan bermaksud lain, Tuhan menyeru kita untuk agar mampu mendaya-gunakan (eksploitasi) akan kemanfaatan yang lebih besar kpd banyak hal, maka di sinilah semestinya kita merenung-renungkan maksud Tuhan, agar banyak-banyak melihat, mendengar, memperhatikan sebelum kita bertindak, memperhatikan terhadap fenomena yang terjadi menyangkut apa saja yang kita lihat dan kita dengar, ini yang dalam al-Quran disebut sebagai kekuatan daya nalar dan proses berfikir secara mendalam pada diri manusia, al-Quran lagi-lagi menyimbolkannya dengan kekuatan bagaimana cara manusia pendengaran (sam’a), penglihatan (bashar), dan memperhatikan (hati/fuad).




وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا

Artinya : "Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya". (QS Al-Isra (17 : 36)

Berangkat dari ayat diatas, lalu setelah pendengaran, penglihatan dan hati kita mantap baru kita melangkah, berkarya, berusaha, bertindak dan berikhtiar, lagi-lagi bahasa Tuhan adalah bahasa simbol, yaitu dua tangan dan dua kaki, artinya Tuhan menuntut kita untuk agar banyak-banyaklah berusaha, berkarya dan bertindak, melangkah untuk jauh kedepan, tinggal landas dari masa lalu yang kelam menuju masa depan yang gemilang (landing).

wAllahu A'lamu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar