Kamis, 03 September 2015

Seperti Gelombang, Kadang Pasang, Kadang Surut, begitulah HIDUP

Bismillaahir-Rahmaanir-Rahiiem

Hidup -seperti juga banyak disebut orang- bak Roller Coaster, setidaknya begitulah yang terdesksripsi dalam sebuah karya di lagu-barat barat sekelas Ronan Keating, "Hidup kadang diatas, kadang dibawah" demikian tulis Ronan dalam lirik lagu itu. Hidup juga berputar seperti RODA, karenanya, menjalani hidup di dunia ini juga kerap kali disebut Roda keHIDUPan.

Ia, memang macam-macam sih tafsiran banyak orang tentang arti hidup itu sendiri, seolah satu dari lainnya tak puas dengan tafsiran HIDUP yang ada, setiap kita memang boleh ekspresikan gaya hidupnya masing-masing demi untuk polakan tujuan hidupnya sendiri dengan mencoba kembali menafsir ulang dari sekedar interpretasi yang ada, hingga bahkan ada yang bilang A, ada yang B tentang HIDUP, semuanya benar, tak ada yang salah, paling tidak menurut versinya masing-masing, meski penafsirannya terkesan parsial dan tidak secara utuh,

Namun bagiku, dan mungkin juga bagi semua orang, HIDUP itu perjuangan, hidup yang musti di perjuangkan, bergerak untuk maju, dinamis, tidak statis, sebuah fakta pilihan yg harus kita jalani, kita tak bisa mengelak sedikitpun dari padanya.


Baiklah, oleh karena faktanya bawa jalan hidup itu memang tidak selamanya lurus dan mulus, pun kadang berliku, sekali naik, dikali lain turun, terjal dan berkelok, kadang ke kanan, kadang ke kiri, berkali kita ke depan, namun jangan sampai mundur ke belakang, ikuti saja iramanya, karena itu, tugas kita (sebagai pelaku hidup) sebenarnya sederhana saja, pahami setiap kondisi dan situasi, saat kapan kita harus naik dengan tancap gas, kapan kita harus turun dengan slow dan perlahan, -ini yg kemudian dalam kajian tashauf disebut ilmul-hal wal-maqam- setelah itu baru kita bisa bersantai sedikit nikmati hasil setiap gerak dinamis yg kita perjuangkan sebelumnya seperti yg dibilang pak Haji dlm lagu DANGDUTnya : "Berakit-rakit ke hulu, berenag-renang ke tepian. Bersakit-sakit dahulu, berbahagia baru kemudian".

Dalam penggalan di sebuah syair Arab -tersebut dalam kitab 'Amrithi-, ada baiknya saya kutipkan di sini : ( لاَ تَرُمْ عِلْمًا وَ تَتْرُكَ التَّعَبَ ) => “Engkau (wahai para pelajar !) tiada akan bisa peroleh ILMU manakala dalam usaha pencariannya enggan berSUSAH-SUSAH dulu”. Syair ini juga kemudian bisa kita terjemahhkan secara bebas menjadi : “Taka da kebahagiaan di dunia ini yang bias diraih tanpa jerih payah

Guruku pernah bilang ; Jangan putus asa jalani hidup, karena hidup memang harus dijalani, maka bersabarlah, berjuangglah terus, yakinlah Tuhan di atas sana akan setia menunggu dan sambut kita dg SenyumNya yang khas., Yakini itu !!.

Ayolah kawan !, sekali lagi teruslah kau berjuang, jangan berhenti, berjuanglah untuk hidupmu sendiri, percayalah Tuhan tidak melihat hasil ending yang kau dapati, Tuhan hanya melihat proses dari seberapa besar perjuangan teman-teman menuju kebahagiaan hidup yang teman-teman tafsirkan sendiri,

itu sebab dalam Islam, Tuhan membedakan para Nabi dengan gelaran Ulul-'Azmi dari sekian banyaknya Nabi dan Rasul, memang sedikit saja para Nabi yang mendapati gelar tersebut, terbukti dari sebegitu besar perjuangan Ibrahim AS tatkala harus menyelamatkan keluarga dan ummatnya dari kediktatoran penguasa Namrudz saat itu ketika dibanding dengan saat keberhasilan Sulaiman AS yang sebegitu gemilang dan singkat dapat menaklukkan negeri Saba yang dikuasai Balqis, namun Allah SWT menyematkan tanda jasa sebagai kebesaran ulul-’azmi kepada Ibraihm, bukan kepada Sulaiman, begitupun dengan kisah Musa dan Daud AS, apa menariknya kita mendengar cerita betapa heroiknya Musa dalam membangun peradaban ummat manusia bertahun-tahun yang kalah cemerlang bila di banding dengan keberhasilan Daud AS yang kekuasaannya tiada banding hingga hari ini, namun lagi-lagi Allah SWT menganugerahi tanda kebesaran ulul-‘azmi bukan kepada Daus AS, melainkan kepada Musa AS, dan apa untungnya nabi Nuh AS yang hanya mampu membawa/menyelamatkan 12 orang saja terangkut dalam batera besarnya ketika dibandingkan dengan kehebatan Dzul-Qarnain yang memiliki benteng yang sebegitu besar dan super dahsyatnya, semua itu membuktikan betapa tinggi nilai kualitas proses dan perjuangan yang menyertai dan mengiringi para Nabi Ulul-'Azmi ; mulai dari Nabiullah Nuh, Ibrahim, Musa, dan 'Isa -'alaihimussalam- hingga ke penyuluh para Nabi, yakni Muhammad Shallahu 'Alaihis-Salam.

Hadza wAllahu A'lamu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar