Bismillaahir-Rahmaanir-Rahiiem
Hidup -seperti juga banyak disebut orang- bak Roller
Coaster, setidaknya begitulah yang terdesksripsi dalam sebuah karya di lagu-barat
barat sekelas Ronan Keating, "Hidup kadang diatas, kadang dibawah"
demikian tulis Ronan dalam lirik lagu itu. Hidup juga berputar seperti RODA,
karenanya, menjalani hidup di dunia ini juga kerap kali disebut Roda keHIDUPan.
Ia, memang macam-macam sih tafsiran banyak orang tentang
arti hidup itu sendiri, seolah satu dari lainnya tak puas dengan tafsiran HIDUP
yang ada, setiap kita memang boleh ekspresikan gaya hidupnya masing-masing demi
untuk polakan tujuan hidupnya sendiri dengan mencoba kembali menafsir ulang
dari sekedar interpretasi yang ada, hingga bahkan ada yang bilang A, ada yang B
tentang HIDUP, semuanya benar, tak ada yang salah, paling tidak menurut
versinya masing-masing, meski penafsirannya terkesan parsial dan tidak secara
utuh,
Namun bagiku, dan mungkin juga bagi semua orang, HIDUP itu perjuangan, hidup yang musti
di perjuangkan, bergerak untuk maju, dinamis, tidak statis, sebuah fakta pilihan
yg harus kita jalani, kita tak bisa mengelak sedikitpun dari padanya.
Baiklah, oleh karena faktanya bawa jalan hidup itu memang tidak
selamanya lurus dan mulus, pun kadang berliku, sekali naik, dikali lain turun,
terjal dan berkelok, kadang ke kanan, kadang ke kiri, berkali kita ke depan,
namun jangan sampai mundur ke belakang, ikuti saja iramanya, karena itu, tugas
kita (sebagai pelaku hidup) sebenarnya sederhana saja, pahami setiap kondisi
dan situasi, saat kapan kita harus naik dengan tancap gas, kapan kita harus
turun dengan slow dan perlahan, -ini yg kemudian dalam kajian tashauf disebut
ilmul-hal wal-maqam- setelah itu baru kita bisa bersantai sedikit nikmati hasil
setiap gerak dinamis yg kita perjuangkan sebelumnya seperti yg dibilang pak
Haji dlm lagu DANGDUTnya : "Berakit-rakit ke hulu, berenag-renang ke
tepian. Bersakit-sakit dahulu, berbahagia baru kemudian".
Dalam penggalan di sebuah syair Arab -tersebut dalam kitab
'Amrithi-, ada baiknya saya kutipkan di sini : ( لاَ تَرُمْ عِلْمًا وَ تَتْرُكَ التَّعَبَ ) => “Engkau
(wahai para pelajar !) tiada akan bisa peroleh ILMU manakala dalam usaha
pencariannya enggan berSUSAH-SUSAH dulu”. Syair ini juga kemudian bisa kita
terjemahhkan secara bebas menjadi : “Taka da kebahagiaan di dunia ini yang bias
diraih tanpa jerih payah”
Guruku pernah bilang ; Jangan putus asa jalani hidup, karena
hidup memang harus dijalani, maka bersabarlah, berjuangglah terus, yakinlah
Tuhan di atas sana akan setia menunggu dan sambut kita dg SenyumNya yang khas.,
Yakini itu !!.
Ayolah kawan !, sekali lagi teruslah kau berjuang, jangan
berhenti, berjuanglah untuk hidupmu sendiri, percayalah Tuhan tidak melihat
hasil ending yang kau dapati, Tuhan hanya melihat proses dari seberapa besar
perjuangan teman-teman menuju kebahagiaan hidup yang teman-teman tafsirkan
sendiri,
itu sebab dalam Islam, Tuhan membedakan para Nabi dengan
gelaran Ulul-'Azmi dari sekian banyaknya Nabi dan Rasul, memang sedikit saja
para Nabi yang mendapati gelar tersebut, terbukti dari sebegitu besar
perjuangan Ibrahim AS tatkala harus menyelamatkan keluarga dan ummatnya dari
kediktatoran penguasa Namrudz saat itu ketika dibanding dengan saat keberhasilan
Sulaiman AS yang sebegitu gemilang dan singkat dapat menaklukkan negeri Saba
yang dikuasai Balqis, namun Allah SWT menyematkan tanda jasa sebagai kebesaran ulul-’azmi
kepada Ibraihm, bukan kepada Sulaiman, begitupun dengan kisah Musa dan Daud AS,
apa menariknya kita mendengar cerita betapa heroiknya Musa dalam membangun peradaban
ummat manusia bertahun-tahun yang kalah cemerlang bila di banding dengan keberhasilan
Daud AS yang kekuasaannya tiada banding hingga hari ini, namun lagi-lagi Allah
SWT menganugerahi tanda kebesaran ulul-‘azmi bukan kepada Daus AS, melainkan
kepada Musa AS, dan apa untungnya nabi Nuh AS yang hanya mampu
membawa/menyelamatkan 12 orang saja terangkut dalam batera besarnya ketika dibandingkan dengan kehebatan
Dzul-Qarnain yang memiliki benteng yang sebegitu besar dan super dahsyatnya, semua
itu membuktikan betapa tinggi nilai kualitas proses dan perjuangan yang
menyertai dan mengiringi para Nabi Ulul-'Azmi ; mulai dari Nabiullah Nuh,
Ibrahim, Musa, dan 'Isa -'alaihimussalam- hingga ke penyuluh para Nabi, yakni
Muhammad Shallahu 'Alaihis-Salam.
Hadza wAllahu A'lamu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar