Kamis, 24 September 2015

Berqurban atas Nama Orang yang Sudah Mati (Mayit).

Bismillaahir-Ramaanir-Rahiiem

Udah lazim dikalangan masyarakat Tegalgubug, memperuntukkan (mengatas-namakan) qurban bagi si anu (mayit), padahal kalau merujuk kepada pendapat Imam Nawawi (grand master mujtahid madzhab Syafi'ie) hal itu tidak dibenarkan/diperkenankan (ay laa Yajuz wala Yaqo') :


لا تصح (اي الأضحية للميت) إلاّ إذا أوصى بها الميت وهو مذهب الشافعية، قال الإمام النووي رحمه الله في المنهاج : "ولا تضحية عن الغير بغير إذنه، ولا عن ميت إن لم يوص بها". انتهى

Tidak sah (qurban utk mayit) kecuali jika si mayit tsb berwashiyat (di masa hidupnya), demikian -yg populer dikalangan- madzhab Syafi'ie. Imam Nawawie berpandangan : "Tidak diperkenankan berqurban utk yg lain tanpa seizinnya, tidak pula utk mayyit kecuali memang (sebelumnya) ada washiyat soal itu".

Lihat "Tuhfah al-Muhtah fi Syarh al-Minhaj" page 41/163


Bahkan dalam kitab I'anah (II/377) ada kejelasan : "Jika hal itu (terlanjur) dilakukan meskipun oleh si jahil (buta hukum) maka hal itu terbilang sia-sia (mulghoh)", ora mana ora mene (term wong Cerbon).


ولا يضحي أحد عن غيره بلا إذنه في الحي، وبلا إيصائه في الميت
فإن فعل ولو جاهلا لم يقع عنه، ولا عن المباشر
.

SELAMAT BER'IEDUL QURBAN 10 HIJRIYAH 1436 H.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar