Kamis, 01 Januari 2015

Lagi, nasihat BAIK itu datang lagi.

Bismillahir-Rahmaanir-Rahiiem

Lagi, untuk kesekian kalinya, saya dapati nasihat bagus dan bijak dari temen-temen kuliah, begini katanya : "KASIHAN ORANG JOMBLO TUH, BANYAK GOSIP nya lho PAK ?!".

Saya jawab aja begini : "Iya, gosip akan selalu ada qok, ga lajang, apa lagi bagi mereka yang sudah berpasangan, ya bergantung pada siapa orangnya juga atuh pak, ga bisa pukul rata dong.

Dalam sejarah, saya coba mengaitkannya dengan fakta sejarah masa lalu menyangkut orang-orang shalih dulu, seperti "Imam Nawawi" misalnya, itu tuh mujtahid dan mufti besar madzhab Syafi'ie, juga Imam besar shufi periode awal "Abu Hasan al-Asy'ariy" & "Rabi'ah al-'Adawiyah", juga sahabat besar Nabi Saw "Abu Huraerah RA", mereka juga menJomblo lho pak, dan ternyata hingga akhir hayatnya, but, mereka tetep enjoy qok, -masih berani ya ngeGosipin mereka-,. jieehhh ,. ngeles dikit lah ,. heuhuyy

terus, dianya ngeles lagi, malah kali ini mah bawa-bawa dalil segala : "MAN AHABBA SUNNATI FAQOD AHABBANI ... STRUSNYA ?, HADIS NABI LOH PAK",. ,.

Deuh, okey lah saya tanggapi aja secara baik-baik : "Njih pak, pan itu mah udah pernah kita bahas dulu dalam TM (tatap muka) dengan pak Yai Selamet Firdaus pada MK Hadits Tarbawie semester IV yang lalu, iya bukan !, inget ga pak ?".

Kalau tak salah yang presentasi waktu itu tuh, kelompoknya ibu Hj. Khuriah, lalu dalam perkembangan pembahasannya, di sana muncullah pertanyaan begini : "Lebih baik mana antara memperjuangkan KARIR dulu di satu sisi (kaya kepentingan studi atw kerja), dengan MENIKAH di sisi lain", dan kalau tak salah yang ngajuin pertanyaan tersebut adalah ibu Hj. Sisca.

lalu rameh-rameh dan kompak teman-teman menyitir hadits itu, persis seperti yang pak Bada tulis di atas itu, kecuali saya, saya coba menentangnya dengan argumentasi lain, bahwa hadits itu, sebenarnya bukan diarahkan -atau istilahnya bukan lagi memberi solusi alternatif- pada orang-orang yang kebetulan hidupnya masih lajang dan belum punyai pasangan.

oya, lagian juga redaksi yang benar, hadits itu tuh begini pak, redaksinya

عن النبي صلى الله عليه وسلم قال : من رغب عن سنتي فليس مني

"AN-NIKAAHU SUNNATI, FAMAN ROGHIBA 'AN SUNNATI, FALAYSA MINNIIY" => Nikah itu sunnahku, siapa yg benci sunnahku, maka ia bukanlah termasuk dari (ummat)ku

trus, saya coba menjelaskan dengan pendekatan konteks yang sebenarnya terjadi menyangkut latar-belakang hadits tersebut, dalam sahih Bukhari ada dijelaskan begini, kenapa (latar belakang) Rasulullah saw hingga beliau menyatakan stetmen seperti itu, nah coba perhatikan dalam konteks asbabul-wurudnya, dan ternyata di sana dikisahkan ada tiga sahabat Nabi saw (yaitu 'Ali bin Abi Thalib, 'Utsman bin Madz'un, dan satu`y sy lupa pak, klo ga salah Abu Dzar RA atau malah adik ipar`y, sy bnr2 lupa, wAllahu A'lamu), nanti deh saya cari tau informasi`y,. hehe

ketiganya pernah mendatangi dan berjanji pd Nabi saw, begini janji mereka ;
Orang pertama ('Ali) : berjanji akan qiamul-lael terus, tanpa henti
Orang kedua ('Utsman) : berjanji akan berpuasa terus, tanpa henti. dan
Orang ketiga (Abu Dzar) : berjanji akan beribadah terus, tanpa henti siang & malam

lalu, Nabi saw bersabda dg redaksi tsb, itu asbabul-wurudnya pak., itu adalah nasihat Rasulullah saw kepada tiga sahabat besar Nabi yang sudah berkeluarga & memiliki anak & istri (ya seperti pak Bada itu).,

So, seakan-akan nasihat Rasulullah SAW tersebut begini ; "Memang Allah punya hak untuk di ibadahi & disembah, tetapi keluarga juga punya hak untuk digauli, anak-anak juga punya hak untuk bermain bersama & belajar", matamu punya hak, tangan dan kakimu juga punya hak, bahkan seluruh anggota badanmu juga punya hak, maka baik-baiklah kamu menjaga hak-hak mereka tersebut, baru itu benar, maka dalam pada inilah lalu bersabda Rasulullah saw (sebagai nasihat bijak buat ketiga sahabatnya tersebut) "AN-NIKAAHU SUNNATI, FAMAN ROGHIBA 'AN SUNNATI, FALAYSA MINNIY" => Nikah itu sunnahku, siapa yg benci sunnahku, maka ia bukanlah termasuk dari (ummat)ku.,

-oya, jangan lupa bahwa redaksi "Nikah" dalam hadits tersebut maknanya adalah "Jimak", bersenggama & menggauli istri dan keluarganya pak,. hehe-

Jadi, jelas lah bahwa arahan hadits tersebut sama sekali bukan kepada yang masih lajang lho pak, melainkan kepada mereka yang sudah berpasang-pasangan ,. hehe ,.

Sebab pada faktanya, bahwa pribadi Rasulullah SAW juga sebenarnya merupakan manusia biasa yang paling bagus pengabdian ibadah kepada Tuhannya, paling taat dan taqwa kepadaNya sekaligus paling bisa menjaga dan menggauli keluarganya, mangayomi dan melindunginya, beliaulah manusia yang paling unggul menjaga hak-hak Tuhannya, sekaligus paling bisa menjaga hak-hak tubuh mulianya, keluarganya, hak hak putra-putri serta cucunya yang mulia, Hasan dan Husein., tidak lantas beliau asyik masyuk hanya kepada Tuhannya semata, Allah SWT, beliau juga terkenal sebagai panglima besar yang disegani musuh-musuhnya tatkala di medan laga, berlaku sebagai pemimpin yang bijak tatkala beliau ditengah ummat, sebagai suami penyabar dan penyayang terhadap istri-istrinya, sebagai ayah yang 'arif dan bijak serta penyayang terhadap anak dan cucu-cucunya., demikianlah keagungan dan kebesaran pribadi Rasulullah SAW.

lagi-lagi ngeles dikit ,. heh ,. twuing., .. wew ,.

wAllahu A'lamu

Well, terima kasih ya pak, nasihatya ,. sip !!.,
Senang bisa berdiskusi berama dengan mu pak !!.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar